Kolaborasi IBU Foundation dengan Dinas Sosial Kota Tasikmalaya

Kolaborasi IBU Foundation dengan Dinas Sosial Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya, 7 Februari 2024 – IBU Foundation dengan menerima undangan dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya untuk menjadi narasumber dalam kegiatan Pelatihan Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial di wilayah Kecamatan Cihideung dan Kecamatan Tawang. Dalam kegiatan ini, IBU Foundation hadir untuk memberikan kontribusi positif melalui pelatihan ini untuk kelompok rentan dan berisiko di daerah tersebut supaya mereka meningkatkan kesadaran dan kapasitasnya terkait Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial di situasi bencana.

Kondisi Bencana dan Perlunya Dukungan Psikososial

Dalam undangan yang disampaikan oleh Dinas Sosial, disebutkan bahwa kejadian bencana merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dan diprediksi waktunya. Dalam upaya perlindungan sosial bagi korban bencana alam dan sosial, Dinas Sosial memberikan pelayanan minimum. Salah satu upaya kesiapsiagaan yang telah dilakukan adalah edukasi mitigasi bencana, peningkatan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana, dan penyaluran bantuan yang sinergi antara Dinas Sosial dan instansi lainnya.

Program Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial (KMDP/MHPSS) menjadi langkah konkrit dalam meningkatkan kesejahteraan psikososial individu dan masyarakat saat mengalami krisis akibat bencana atau kecelakaan. Dinas Sosial melakukan inisiatif layanan psikososial untuk kelompok rentan di wilayah Kecamatan Cihideung dan Kecamatan Tawang.

IBU Foundation sebagai Narasumber: Menyampaikan Pentingnya Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Pasca Bencana

CEO IBU Foundation, hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, membawakan materi dengan judul “Layanan Dukungan Psikososial Untuk Kelompok Rentan & Berisiko Di Kecamatan Cihideung dan Tawang”. Materi yang disampaikan mencakup:

  1. Konsep Dasar dan Karakteristik Bencana
    • Pemahaman mendalam tentang konsep bencana dan karakteristiknya untuk lebih siap menghadapi situasi krisis.
  2. Manajemen Bencana
    • Langkah-langkah praktis dalam manajemen bencana untuk membantu kelompok rentan beradaptasi dan bertahan.
  3. Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Pasca Bencana
    • Penyampaian informasi mengenai piramida psikososial, PFA (Psychological First Aid), dan contoh kegiatan psikososial terstruktur.

Partisipan lebih dari 80 Orang: Relawan, Fasilitator Masyarakat, dan Tokoh Masyarakat

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 80 peserta, termasuk relawan, fasilitator masyarakat, dan tokoh masyarakat. Mereka telah mendapatkan pemahaman yang mendalam dan keterampilan praktis dalam memberikan dukungan psikososial di tengah kondisi bencana.

Komitmen IBU Foundation untuk Kelompok Berisiko

IBU Foundation menyuarakan komitmen dalam mendukung inisiatif Dinas Sosial Kota Tasikmalaya dan berkolaborasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Melalui pengetahuan dan pengalaman praktis yang diberikan, diharapkan kelompok rentan dan berisiko di wilayah Cihideung dan Tawang dapat lebih tangguh dan berdaya dalam menghadapi kondisi krisis.

Upaya Bersama untuk Membangun Kesejahteraan Masyarakat

Kami berterima kasih atas undangan dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya dan berharap bahwa melalui kolaborasi ini, kita dapat bersama-sama membangun kesejahteraan masyarakat, khususnya mereka yang berada dalam kelompok rentan di wilayah Cihideung dan Tawang. IBU Foundation siap terus berkontribusi dalam upaya peningkatan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

 

Kolaborasi Kemanusiaan IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta

Kolaborasi Kemanusiaan IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta

Surakarta, 12 Januari 2024 – Sebagai bentuk komitmen dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Program Studi Manajemen Penanggulangan Bencana di Politeknik Akbara Surakarta mengadakan acara Kuliah Pakar Praktikum yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa program studi tersebut. Acara ini menjadi lebih istimewa dengan undangan khusus kepada Muhammad Fandy Sarjono, CEO IBU Foundation, sebagai Dosen Tamu.

Bertindak sebagai pemateri dalam Kuliah Pakar Praktikum yang digelar secara hybrid, Muhammad Fandy Sarjono membahas isu krusial dalam manajemen penanggulangan bencana, khususnya dalam penanganan korban berkebutuhan khusus. Kegiatan ini merupakan wujud kerja sama antara IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta dalam mengembangkan kapasitas mahasiswa untuk merespons isu-isu kemanusiaan yang semakin mendesak.

Materi yang Disampaikan yaitu “Penanganan Korban Bencana Berkebutuhan Khusus”:

  1. Pengertian dan Paradigma Disabilitas
    • Menjelaskan konsep disabilitas dan menggali paradigma baru untuk memahami kebutuhan khusus individu yang terdampak.
  2. Aksesibilitas dan Akomodasi yang Layak
    • Membahas pentingnya aksesibilitas dan akomodasi yang sesuai dalam situasi bencana, memastikan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan bantuan.
  3. Konsep Dasar Inklusi
    • Menyampaikan konsep dasar inklusi sebagai landasan untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
  4. Respon Pasca Bencana yang Inklusif
    • Menyoroti pentingnya respon pasca bencana yang memperhatikan keberagaman dan kebutuhan khusus masyarakat.

Komitmen antara IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta

Program Studi Manajemen Penanggulangan Bencana Politeknik Akbara Surakarta yang memiliki visi menjadi program studi bertaraf internasional di bidang manajemen penanggulangan bencana sangat sejalan dengan Visi dan Misi IBU Foundation sebagai organisasi kemanusiaan. Kami bersama-sama berkomitmen untuk:

  • Menyelenggarakan pendidikan atau pengembangan kapasitas terkait penanggulangan bencana baik melalui jalur formal atu non formal.
  • Memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan informasi dalam isu kemanusiaan baik dari sisi akademik dan praktik.
  • Bersama-sama menyuarakan penanggulangan bencana yang inklusif dan berpihak pada kelompok rentan atau berisiko.

Kerja sama antara IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta menjadi sinergi yang kuat dalam peningkatan kapasitas mahasiswa. Kuliah Pakar Praktikum kali ini memberikan wawasan mendalam tentang penanganan korban bencana berkebutuhan khusus, menguatkan tekad keduanya untuk mempersiapkan generasi muda yang kompeten, tangguh, dan berkarakter dalam menghadapi tantangan kemanusiaan dan manajemen penanggulangan bencana di Indonesia.

 

Pelatihan Child Friendly Space di UIN Gunung Djati Bandung

Pelatihan Child Friendly Space di UIN Gunung Djati Bandung

ER Volunteer Roster IBU Foundation kembali beraksi dalam meningkatkan kesiapsiagaan anak muda dengan menerima undangan untuk menjadi narasumber dalam pelatihan Child Friendly Space (CFS) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal 5 Februari 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh 36 peserta, terdiri dari IBU Foundation, panitia, dan peserta diklat Psychorescue.

Acara dibuka dengan sambutan dari Tim IBU Foundation yang memberikan gambaran menyeluruh tentang materi dan praktik CFS yang akan disampaikan dalam pelatihan. Mereka menekankan pentingnya menciptakan ruang aman dan ramah bagi anak-anak dalam situasi darurat.

Sesi pertama mengenalkan pengertian dan tujuan CFS melalui games puzzle kalimat yang interaktif dan diskusi kelompok. Suasana semakin hidup dengan partisipasi aktif peserta, yang mayoritas merupakan bakal calon anggota Psychorescue.

Setelah memahami konsep dasar CFS, peserta diajak menyelami lebih dalam mengenai perlindungan anak. Materi disajikan dengan metode dinamika kelompok, melibatkan peserta untuk memecahkan kasus nyata dan menyebarluaskan poster kode etik perilaku dalam berkegiatan dengan anak.

Puncak acara adalah sesi Rumah Kencana (Ruang Ramah Anak Pasca Bencana), yaitu panduan yang diusung oleh IBU Foundation dalam menciptakan dukungan kesehatan mental dan psikososial serta perlindungan anak dalam situasi bencana. Dalam suasana akrab dan penuh semangat, peserta mendiskusikan ide-ide kreatif dalam membuat kegiatan berdasarkan 7 aspek Rumah Kencana untuk menghadirkan keamanan bagi anak-anak dalam situasi bencana.

Respon positif terlihat dari antusiasme peserta, serta feedback yang baik dari panitia diklat Psychorescue. IBU Foundation berhasil memberikan pemahaman dan keterampilan kepada peserta dalam menciptakan ruang ramah anak di situasi bencana.

Facilitator memberikan tugas kepada peserta untuk mengidentifikasi kegiatan bersama anak yang sesuai dengan konsep Rumah Kencana IBU Foundation, sebagai bentuk nyata implementasi dari pelatihan ini.

IBU Foundation berkomitmen untuk melibatkan masyarakat termasuk anak dan anak muda dalam menjaga dan menciptakan kesejahteraan anak di situasi bencana. Kita berharap bahwa anak-anak dapat merasakan dampak positif dari upaya bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

Rapid Need Assessment Sumedang Earthquake

Rapid Need Assessment Sumedang Earthquake

Pada Minggu, 31 Desember 2023, pukul 20:34:24 WIB, masyarakat Kabupaten Sumedang dikejutkan guncangan gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 dengan kedalaman 5 km. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terletak di darat dengan koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

Dalam merespon kejadian ini, Yayasan IBU mengirimkan tim asesmen ke Kota Sumedang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan masyarakat, khususnya terkait kebutuhan ibu dan anak, dalam situasi bencana ini. Hasil asesmen ini akan menjadi dasar untuk menentukan respons selanjutnya yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder, wawancara langsung, dan observasi yang dilakukan dalam Rapid Need Assessment, data sekunder memberikan konteks luas dan mendukung temuan dari metode lainnya, sementara wawancara langsung memberikan wawasan langsung tentang kebutuhan mendesak dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat. Observasi lapangan menjadi kunci untuk memahami dampak fisik dan respons komunitas secara langsung.

Data terbaru yang dikumpulkan Pemerintah Kabupaten Sumedang per 4 Januari 2023, dampak gempa bumi yang menguncang Sumedang telah merusak 1.325 bangunan di 12 kecamatan diantaranya 1.019 rusak ringan, 176 rusak sedang dan 130 rusak berat. Masyarakat terdampak diantaranya 10 orang mengalami luka-luka diantaranya 9 luka ringan, 1 luka berat, dan tidak ada korban meninggal atau hilang. Sampai hari keempat ini tercatat ada sebanyak 1.603 jiwa mengungsi di 10 titik pengungsian. Tercatat di 4 kecamatan terdapat 505 KK, 1,603 Jiwa yang mengungsi. Terdapat 1 titik pengungsian terbesar ada di Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Selatan dan 9 lainnya tersebar dibeberapa wilayah. Setidaknya terdapat 3 Kecamatan yang paling terdampak dan menjadi pusat pengungsian yaitu Kecamatan Sumedang Selatan, Kecamatan Cimalaka, dan Kecamatan Sumedang Utara.

Asesmen dilakukan kepada masyarakat paling berisiko yang terdampak gempa bumi di setiap wilayah yang paling terdampak. Berikut jumlah pengungsi di 3 wilayah yang dikunjungi, yaitu Kota Kaler, Kp Babakan Hurip, Cimuja, dan Cipameungpeuk.

Berdasarkan dari hasil RNA, beberapa temuan kunci telah berhasil di identifikasi. Hal ini berisi tentang gap kebutuhan pengungsi dan beberapa catatan yang melatarbelakangi gap tersebut:

  • Dukungan psikososial yang telah diberikan kepada penyintas di beberapa posko belum dilakukan secara terpadu. Hal ini karena adanya pergantian relawan di satu posko dan durasi waktu yang terbatas.
  • Sebagai pengalaman pertama masyarakat Kabupaten Sumedang dilanda gempa bumi, sebagian besar dari mereka masih tidak tahu bagaimana tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi gempa termasuk anak-anak. Hal ini ditambah adanya beberapa gempa susulan yang terjadi di Sumedang membuat sebagian masyarakat merasa panik dan cemas. Tidak seperti informasi tentang sesar lembang yang sudah tersebar masif, penyebab gempa Sumedang juga masih dalam proses identifikasi oleh para ahli. Dengan demikian, masih banyak masyarakat Kabupaten Sumedang yang tidak menyadari bahwa ada ancaman gempa bumi di wilayah mereka sebelumnya.
  • Penanganan bencana gempa bumi di Sumedang di nilai masih belum inklusif. Hal ini dilihat dari tidak adanya data pilah, adanya beberapa kelompok rentan/berisiko yang tidak mendapatkan akses kebutuhan dasar dengan baik dan tidak mendapatkan akomodasi layak ketika mereka berada di pengungsian. Hal ini disebabkan adanya gap kapasitas dari aktor kemanusiaan di Kabupaten Sumedang terkait penanggulangan bencana yang inklusif. Selain itu juga sampai saat ini belum teridentifikasi kelompok disabilitas yang terlibat dalam respon kemanusiaan ini.
Annual Partnership Conference 2023

Annual Partnership Conference 2023

Sebagai salah satu mitra dari Save the Children Indonesia sejak lama, IBU Foundation terlibat aktif dalam kegiatan Konferensi Kemitraan Tahunan dan Penguatan Kapasitas Organisasi pada tanggal 12-15 Desember 2023 di Hotel Aloft South Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh Muhammad Fandy Sarjono (CEO of IBU Foundation) dan Ari Hadyan Mustamsik (Finance Manager of IBU Foundation).

Save the Children Indonesia (SCIDN) sejak tahun 2020 mulai mengembangkan kemitraan di berbagai lini program; baik untuk pelaksanaan program, pengembangan jaringan dan aliansi, maupun untuk tujuan strategis lainnya. SCIDN ke depan akan membangun kemitraan yang lebih kuat dengan berbagai pihak seperti: pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, kelompok profesional, LSM/Organisasi Masyarakat Sipil, Organisasi Berbasis Masyarakat, media, termasuk Kelompok Anak dan Remaja. Kemitraan ini bertujuan untuk menyatukan kekuatan dalam mewujudkan perubahan yang berkelanjutan bagi anak-anak di Indonesia. Pada tahun 2022, mitra-mitra SCIDN mengimplementasikan lebih dari 24% dari portfolio anggaran program.

Konferensi kemitraan tahunan dan penguatan kapasitas organisasi ini telah menjadi wadah untuk mempertemukan perwakilan dari berbagai mitra (baik mitra pelaksana maupun mitra strategis), perwakilan Pemerintah Indonesia, sektor swasta, masyarakat sipil termasuk anggota kelompok anak-anak & pemuda yang terlibat dalam kemitraan, akademisi, dan media, untuk berbagi praktik dan pengalaman kemitraan antar mitra di seluruh negeri dan untuk memperkuat peran lembaga yang aktif bekerja untuk memperkuat agenda pelokalan di Indonesia.

Saat ini, SCIDN telah bekerja sama dengan lebih dari 60 organisasi mitra di tingkat lokal/regional; dan sebagian besar adalah LSM/Organisasi Masyarakat Sipil yang bertindak sebagai mitra pelaksana program dimana sebagian besar keterlibatan mereka adalah keterlibatan jangka pendek untuk tanggap darurat kemanusiaan. Selain itu, Children and Youth Advisory Networks (CYAN) telah dibentuk di 9 provinsi di Indonesia. Namun demikian,  SCIDN menyadari bahwa jaringan kemitraan/aliansi atau kemitraan strategis belum dimanfaatkan untuk tujuan program pembangunan dan kesiapsiagaan tanggap darurat kemanusiaan. Oleh karena itu, penting untuk membangun kemitraan yang tidak hanya terfokus pada mitra pelaksana program, namun juga mampu melibatkan dan menggerakkan seluruh ekosistem untuk pemenuhan hak-hak anak.

START Networks – Seven Dimensions of Localisation

SCIDN baru-baru ini telah menyelesaikan Rencana Strategis tiga tahun di mana kemitraan disorot sebagai salah satu faktor pendukung utama untuk mengatasi tantangan lokal dan pemanfaatan potensi masa depan secara optimal untuk berkontribusi dalam mencapai masa depan yang aman bagi anak-anak, RPJMN, SDGs, serta visi dan misi SCI. Selain itu, SCIDN yang bertujuan untuk memperkuat pendekatan kemitraan, yang diambil dari Tawaran Besar Sektor Kemanusiaan, START Network membagi Pelokalan ke dalam tujuh dimensi utama:

  1. Pendanaan
  2. Kemitraan
  3. Kapasitas
  4. Revolusi Partisipasi
  5. Mekanisme Koordinasi
  6. Visibilitas
  7. Pengaruh Kebijakan

Untuk konferensi tahun 2023 ini, SCIDN bekerja sama dengan Lokanusa; sebuah forum yang digagas untuk mengumpulkan ide, gagasan, konsep, dan cerita terkait praktik-praktik pelokalan di Indonesia. Hingga September 2023, Lokanusa telah menyelenggarakan 6 seri diskusi dengan tema-tema antara lain: model-model pelokalan bantuan kemanusiaan di Indonesia, tawar-menawar besar dan pentingnya pengetahuan lokal untuk aksi kemanusiaan di Indonesia, pengukuran kinerja pelokalan dalam konteks Indonesia, pelopor pelokalan di Indonesia, kesetaraan kemitraan dalam perspektif pelokalan, dan kebijakan pengelolaan dana aksi kemanusiaan dalam konteks Indonesia. Sebagai sebuah forum yang fokus pada penyebaran konsep lokalisasi, SCIDN telah berkolaborasi dengan Lokanusa untuk memperkuat ekosistem lokalisasi di Indonesia, dengan menggabungkan pengalaman yang dibawa oleh Save the Children dan praktik-praktik membumi dari Lokanusa dalam memajukan lokalisasi di Indonesia. 

Pada konferensi ini, Muhammad Fandy Sarjono sebagai CEO IBU Foundation bersama dengan Shilvia Marliani sebagai Ketua Youth Advisory Council (YAC) melalui sesi talkshow juga berbagi praktik baik, pembelajaran, dan tantangan yang didapatkan dalam Pelokalan pada Program Skill to Succeed (StoS) / Program Kesiapan Kerja bagi Orang Muda dengan Disabilitas. Fandy menyampaikan setidaknya ada 2 hal:

  1. Tantangan dalam upaya menghilangkan faktor penghambat: Stigma dan diskriminasi
    “Tidak sedikit pelaku usaha atau penyedia lapangan pekerjaan yang masih memiliki stigma terhadap difabel. Maka, tugas kami adalah turut memastikan bahwa orang muda dengan disabilitas difasilitasi untuk mendapatkan berbagai pelatihan baik soft skill dan hardskill. Salah satunya kami bekerjasama dengan BKK. Hal ini dilakukan untuk mendorong kesadaran penyedia lapangan pekerjaan terhadap kapasitas orang muda dengan disabilitas. Akhirnya, setelah mereka memiliki kapasitas, beberapa dari perusahaan/penyedia lapangan pekerjaan sudah terbuka untuk menerima orang muda dengan disabilitas untuk magang atau bekerja. Setidaknya ada 31 orang muda dengan disabilitas di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi yang telah magang berbayar dan ada lebih dari 19 perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan bagi orang muda dengan disabilitas.”

    Aksesibilitas
    “Kalau kita berbicara tentang aksesibilitas, itu tidak hanya tentang fisik dan infrastruktur namun juga akses terhadap informasi, akses untuk komunikasi, dan akses untuk mengambil keputusan. Pada hal ini YAC sangat berperan penting. Melalui YAC mereka bisa saling berbagi informasi misalkan dalam lowongan pekerjaan, mereka bisa saling mengajak teman-teman yang lain untuk ikut berkegiatan, dan suara mereka bisa lebih kuat dan didengar dalam kegiatan kampanye atau advokasi.”

    Terbatasnya sumber daya
    “Ketika kita berbicara tentang hal ini erat kaitannya dengan penyediaan akomodasi yang layak. Kita juga perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dari setiap individu orang muda dengan disabilitas sesuai dengan masing-masing hambatan. Sebagai contoh paling gampang adalah teman tuli membutuhkan JBI (Juru Bahasa Isyarat) dan teman Netra beberapa membutuhkan pendamping. Maka dari itu, sebagai organisasi kami perlu memastikan bahwa dalam perencanaan program hal ini perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh lain adalah dalam proses magang, tidak semua perusahaan/pelaku usaha mengalokasikan dananya untuk setidaknya transportasi dan konsumsi. Untuk itu, di awal kami meng-cover itu semua, namun ternyata lama-kelamaan perusahaan bersedia untuk mengalokasikan dananya untuk akomodasi peserta magang. 

  2. Tantangan dalam mendukung partisipasi bermakna dan pemberdayaan: Pelibatan di setiap proses
    “Saya lebih setuju bahwa istilah penerima manfaat (beneficiaries) menjadi peserta program. Kalau ada penerima brarti ada pemberi maka ada penerima manfaat serta ada pemberi manfaat. Ini artinya ada relasi kuasa, ada yang di atas dan ada yang di bawah. Sedangkan sebetulnya orang muda dengan disabilitas memiliki kapasitas untuk terlibat dalam semua proses, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi “nothing about us without us”. Dalam praktik kami, ini dilakukan dengan kontribusi aktif dari SLB. Koordinasi yang intens dengan mereka, monitoring secara rutin dan lain-lain.”

    Pengembangan Kapasitas
    “Ternyata masih banyak sekali kebutuhan pelatihan bagi orang muda dengan disabilitas dalam hal kesiapan kerja. Dari banyaknya kebutuhan, tetap kami perlu membuat skala prioritas. Pelatihan ini dilakukan tidak hanya untuk orang muda dengan disabilitas tapi juga kepada guru dan orang tua. Mereka mengikuti pelatihan softskill dan hardskill serta komunikasi untuk meningatkan kemampuan dalam berpartisipasi yang bermakna.”

    Kolaborasi dan kemitraan
    “Membangun kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta (IDUKA), dan sekolah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Pemerintah dapat mendukung dalam upaya pembaharuan kebijakan yang berpihak pada anak termasuk orang muda dengan disabilitas, kemudian IDUKA (Industri dan Dunia Kerja) dapat meningkatkan kesempatan dan peluang kerja bagi orang muda dengan disabilitas, dan sekolah dapat secara intens mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi para siswanya untuk mempersiapkan ke dalam dunia kerja.”

Sedangkan Shilvia juga menyampaikan beberapa pengalaman berharganya dalam mengelola YAC dan juga di dalam Program Skill to Succeed:

  1.  Pembelajaran dan praktik baik:
    “Saya mengikuti program Soft Skill/Kesiapan Kerja dari Yayasan IBU sejak tahun 2021. Saat itu saya kelas 2 SMA. Saya belajar kesiapan kerja. Saya belajar tentang bagaimana berkomunikasi yang baik, mengelola stress, mengenal diri sendiri, potensi diri. Kami juga belajar tentang bagaimana membuat CV, mengikuti proses wawancara kerja. Saya hanya ikut pelatihan. Hanya sebagai peserta. Tahun 2022, Yayasan IBU mulai mengajak saya menjadi pewawancara (Enumerator)  Survei kepada adik-adik Tuli di SLB lainnya. Dan kami juga mulai membentuk YAC bersama orang muda disabilitas lainnya, dan mulai sering berdiskusi tentang bagaimana orang muda disabilitas mendapatkan kesempatan kerja.  Kami menjadi teman diskusi IBU tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, tempat kegiatan dan topik advokasi.  Kami terlibat sebagai panitia acara Job Fair, membantu perusahan menjelaskan  informasi kepada teman disabilitas. Untuk advokasi, kami memilih tema utamanya adalah bagaimana perusahaan memberi kesempatan pada disabilitas untuk bekerja. Bagi saya, keterlibatan dalam program ini membuat saya memiliki harapan lebih besar. Saya melihat teman-teman tuli dulu susah mendapat pekerjaan, sekarang sudah semakin banyak. Program yang saya ikuti ini benar-benar untuk kebutuhan disabilitas karena disabilitas ingin mandiri, untuk masa depan dan berkontribusi bagi negara.”
  2. Tantangan:
    “Masih banyak Perusahaan yang belum memberi kepercayaan pada disabilitas untuk bekerja. Jadi harus terus di cari solusinya.”
  3. Saran/Rekomendasi:
    “Lebih banyak mengajak disabilitas berdiskusi dan mencari solusi bersama. Sebagai ketua YAC saya juga akan mencari tahu, menampung informasi dan membagikan informasi apapun  dari teman-teman disabilitas lainnya. Ada teman yang mencari pekerjaan, dan Ketika ada informasi lowongan, kami YAC saling bebagi informasi.”
Workshop Objectives and Indicative Agendas:

Selain kegiatan Proposal Writing dan Finance Training, Konferensi Kemitraan Tahunan ini memiliki lima tema dengan agenda dan hasil yang spesifik:

  1. Dimensi Pelokalan dalam Konteks Indonesia: SCIDN memiliki 7 dimensi untuk mengukur implementasi pelokalan. Terlepas dari 7 dimensi ini, penting untuk mengetahui apakah ada dimensi lain yang dapat dieksplorasi untuk memperkuat pelokalan.
  2. Strategi Penguatan Kapasitas Organisasi Lokal: Salah satu tujuan pelokalan adalah pergeseran kekuasaan. Artinya, setiap CSOs lokal harus memiliki kapasitas yang baik sebagai sebuah organisasi. Berbagi kapasitas adalah salah satu cara untuk memperkuat pelokalan, terutama bagi CSOs lokal. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan strategi untuk mengimplementasikan pembagian kapasitas yang efektif bagi CSOs lokal.
  3. Pelajaran yang Dipetik dari Pelokalan: Saat ini, pelokalan telah diimplementasikan di banyak proyek oleh CSO lokal dan aliansi global. Penting untuk mengetahui praktik terbaik dari CSO lokal dan aliansi global sebagai contoh bagi para peserta.
  4. Pemeriksaan kesehatan hubungan mitra, tujuh dimensi SCIDN dari tahap Pelokalan saat ini, dan langkah ke depan: Tema ini akan menjelaskan refleksi atas praktik kemitraan saat ini melalui lensa pendekatan kemitraan, kebijakan SCI dan SCIDN, serta visi untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Indonesia.
  5. Isu-isu strategis dalam CSOs lokal: Tema ini akan membantu peserta mengidentifikasi isu-isu strategis di wilayah mitra.

Ada juga Ignite Stage dengan beberapa tema:

  1. Strategi untuk Mendorong Partisipasi Anak yang lebih Bermakna dalam Desain Program Pembangunan dan Kemanusiaan dalam Konteks Pelokalan.
  2. Krisis Iklim: Aksi Antisipatif dalam Penanggulangan Bencana.
  3. Pentahelix dan Strategi Membangun Ketangguhan Daerah.
  4. Restorasi Ekomomi Lokal untuk Ketangguhan.
  5. Dampak Tahun Politik bagi Civil Society Organisation (CSO).
  6. Penggunaan Teknologi Digital sebagai Ruang Keterlibatan Anak Muda dalam Konteks Nexus Pembangunan, Krisi Kemanusiaan dan Konflik.
Methodology & Participants:

Annual Partnership Conference ini menggunakan metodologi yang beragam untuk memfasilitasi pertukaran ide dan informasi antara para peserta. Pertama, speaker presentations memberikan platform untuk ahli dan praktisi berbagi wawasan mendalam mereka tentang topik terkini dan relevan. Kemudian, open forum discussion memberikan kesempatan kepada peserta untuk berpartisipasi aktif, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman. Panel Discussion melibatkan mitra-mitra regional SCIDN dalam percakapan terfokus untuk mendiskusikan isu-isu kunci. Terakhir, group presentations memungkinkan kelompok peserta untuk menyajikan hasil diskusi atau pekerjaan bersama, mendorong kolaborasi dan pemahaman yang lebih mendalam. Metodologi ini digunakan untuk menciptakan lingkungan konferensi yang dinamis, interaktif, dan mendukung pertukaran pengetahuan yang efektif. 

Kegiatan ini dihadiri oleh mitra-mitra SCIDN diantaranya adalah:

  1. Executive Director, Head of Programme and Head of Finance from partner organisations.
  2. High level policy makers from government and private sectors.
  3. Academia, Media, Civil Society including Children & Youth Group.
  4. Senior Management Team, Boards, Head of Department/Functions, and other members of Save the Children Indonesia.
  5. Technical Experts (Advisers) from Save the Children Indonesia.
  6. Technical Experts from external.
  7. Local CSO and Global Alliance.

IBU Foundation berkomitmen terhadap kemitraan dengan Save the Children Indonesia melalui program-program melalui 7 Dimensi Pelokalan. Kami tidak hanya berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis, tetapi juga untuk terlibat secara aktif dalam inisiatif-inisiatif lokal secara strategis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Indonesia. IBU Foundation dan Save the Children Indonesia berharap dapat memberikan dampak positif yang lebih besar dan berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang berada dalam situasi yang rentan dan atau berisiko. Kemitraan ini mencerminkan tekad bersama untuk menciptakan perubahan yang signifikan dan memberikan harapan kepada generasi mendatang.


Penulis: Amanda Fauzia Pratiwi (Publication Officer)