Pelatihan Child Friendly Space di UIN Gunung Djati Bandung

Pelatihan Child Friendly Space di UIN Gunung Djati Bandung

ER Volunteer Roster IBU Foundation kembali beraksi dalam meningkatkan kesiapsiagaan anak muda dengan menerima undangan untuk menjadi narasumber dalam pelatihan Child Friendly Space (CFS) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal 5 Februari 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh 36 peserta, terdiri dari IBU Foundation, panitia, dan peserta diklat Psychorescue.

Acara dibuka dengan sambutan dari Tim IBU Foundation yang memberikan gambaran menyeluruh tentang materi dan praktik CFS yang akan disampaikan dalam pelatihan. Mereka menekankan pentingnya menciptakan ruang aman dan ramah bagi anak-anak dalam situasi darurat.

Sesi pertama mengenalkan pengertian dan tujuan CFS melalui games puzzle kalimat yang interaktif dan diskusi kelompok. Suasana semakin hidup dengan partisipasi aktif peserta, yang mayoritas merupakan bakal calon anggota Psychorescue.

Setelah memahami konsep dasar CFS, peserta diajak menyelami lebih dalam mengenai perlindungan anak. Materi disajikan dengan metode dinamika kelompok, melibatkan peserta untuk memecahkan kasus nyata dan menyebarluaskan poster kode etik perilaku dalam berkegiatan dengan anak.

Puncak acara adalah sesi Rumah Kencana (Ruang Ramah Anak Pasca Bencana), yaitu panduan yang diusung oleh IBU Foundation dalam menciptakan dukungan kesehatan mental dan psikososial serta perlindungan anak dalam situasi bencana. Dalam suasana akrab dan penuh semangat, peserta mendiskusikan ide-ide kreatif dalam membuat kegiatan berdasarkan 7 aspek Rumah Kencana untuk menghadirkan keamanan bagi anak-anak dalam situasi bencana.

Respon positif terlihat dari antusiasme peserta, serta feedback yang baik dari panitia diklat Psychorescue. IBU Foundation berhasil memberikan pemahaman dan keterampilan kepada peserta dalam menciptakan ruang ramah anak di situasi bencana.

Facilitator memberikan tugas kepada peserta untuk mengidentifikasi kegiatan bersama anak yang sesuai dengan konsep Rumah Kencana IBU Foundation, sebagai bentuk nyata implementasi dari pelatihan ini.

IBU Foundation berkomitmen untuk melibatkan masyarakat termasuk anak dan anak muda dalam menjaga dan menciptakan kesejahteraan anak di situasi bencana. Kita berharap bahwa anak-anak dapat merasakan dampak positif dari upaya bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

Empowered Youth Program

Empowered Youth Program

Apa itu Empowered Youth?

Program ini merespons tantangan yang dihadapi siswa Sekolah Menengah Atas di kota Bandung melalui pendekatan terstruktur dan menyeluruh.

Fokus pada pelatihan ketahanan kesehatan mental dan pengembangan soft skill, program ini bertujuan membekali siswa dengan bekal untuk sukses dalam perjalanan akademis dan karir masa depan.

 

Apa sih tujuan program yang akan didapatkan?

  1. Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan: Program ini menawarkan kurikulum terstruktur yang dirancang untuk memperdalam pemahaman kamu dalam berbagai keterampilan kunci dan pengetahuan esensial.
  2. Mendapatkan akses langsung ke para mentor dan trainer yang berpengalaman dalam bidang mereka masing-masing. Mereka tidak hanya membimbing, tetapi juga memberikan wawasan berharga dan nasihat yang dapat membentuk perjalanan kariermu.
  3. Jaringan dan Hubungan Profesional: Program ini membuka pintu untuk membangun jaringan dengan para profesional dan teman sejawat. Dapatkan wawasan berharga, peluang kolaborasi, dan persahabatan baru yang bisa mendukung perjalananmu.
  4. Kesempatan Magang di Jejaring: Sebagai peserta program, kamu akan memiliki peluang eksklusif untuk magang di perusahaan atau organisasi mitra. Ini adalah kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan baru dan memperluas pengalaman kerjamu.
  5. Sertifikat : Setelah menyelesaikan program, dapatkan sertifikat yang akan meningkatkan portofolio pendidikan dan kariermu.

 

Metode programnya akan seperti apa? 

  • Pelatihan Virtual:  Serangkaian sesi virtual interaktif, menarik, dan dipandu oleh fasilitator berpengalaman.
  • Program Mentorship: Menghubungkan siswa dengan mentor yang ahli dalam berbagai softskill.
  • Kesempatan Magang: Berkesempatan memiliki pengalaman langsung untuk mengaplikasikan softskill dalam  dunia nyata.
  • Summer Camp : menjadi puncak program, menyajikan pengalaman langsung dan mendalam bagi peserta. Peremuan tatap muka yang penuh semangat, siswa akan mengikuti serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan meluaskan soft skill  mereka.

 

Kriteria atau Syarat:

  1. Laki-laki atau perempuan dengan usia maksimal 17 tahun dan sedang berada di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung Kelas X atau XI. 
  2. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir, dengan durasi program selama 5 bulan.
  3.  Berkomitmen penuh untuk mendedikasikan diri dalam seluruh aspek kegiatan program.
  4. Siap menghadapi tantangan dan perubahan yang mungkin terjadi di lapangan selama masa pengembangan.
  5. Memiliki kreativitas, inovasi, dan kemampuan pemecahan masalah dalam bekerja sebagai tim. 
  6. Bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan. 
  7. Bersedia aktif berdiskusi mengenai program kerja dan memberikan kontribusi positif dalam forum diskusi. 
  8. Berperilaku baik dalam berkomunikasi dan menjalankan tugas. 
  9. Memiliki sosial media aktif.
  10. Mendapatkan izin orangtua untuk mengikuti kegiatan. 

Proses Kegiatan Empowered Youth

Mekanisme Pendaftaran

  1. Calon peserta mengisi formulir: https://bit.ly/EmpoweredYouth2024
  2. Calon peserta mengupload persyaratan  (CV, Motivation Letter, nilai rapor terakhir, surat izin orang tua)
    Link: https://bit.ly/downloadRegistEY

Unduh Twibbon di https://bit.ly/downloadRegistEY dan upload di akun Instagram pribadi. Sertakan caption yang telah ditentukan dalam guideline 

Ketentuan Upload : 

Buat posting dengan 2 slide: pertama Twibbon dan kedua Poster Program. Tag Instagram (@empowered. youthid, @ibufoundation, @Alumniatschool) dan 5 teman Anda.

 

Caption : 

“Saya……siap untuk bertumbuh dan berproses untuk meningkatkan kapasitas diri  bersama Empowered Youth “. #PelatihanKapasitas #empoweredyouth #ibufoundation #alumniatschool #SelfImprovementJourney

 

Point Lebih Lanjut :

Informasi lebih lanjut terkait peserta yang lolos seleksi administrasi akan diinformasikan melalui sosial media @empowered.youthid atau email masing-masing siswa. 

 

Contact Person : 

Adinda / 089524006004

Silvi / 0811235729

“Rumah Kencana” Sebuah Landasan Fasilitator dalam Penyelenggaran MHPSS: Proses Penelitian Pasca-Gempa Bumi Cianjur

“Rumah Kencana” Sebuah Landasan Fasilitator dalam Penyelenggaran MHPSS: Proses Penelitian Pasca-Gempa Bumi Cianjur

Gempa bumi tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga dampak signifikan pada kesejahteraan psikologis masyarakat. IBU Foundation menjadi salah satu LSM yang merespon pumulihan Masyarakat terdampak melalui program kegiatan MHPSS (Mental Health and Psychosocial Support). Berdasarkan panduan yang di kembangkan oleh IBU Foundation sejak 2018 yaitu RUMAH KENCANA (Ruang Ramah Anak Pasca Bencana) dengan 7 aspek layanan dukungan psikososial yaitu: Membangun Rasa Aman dalam Kelompok, Membangun Rasa Mampu Diri, Mengetahui Penyebab Bencana, Merasa Eksplorasi, Membangun Regulasi Emosi, Membangun Kemandirian (peduli diri), dan Ketahui Makanan Sehat. Panduan “Rumah Kencana” menjadi landasan tim IBU Foundation dalam memberikan pelayanan kepada para penyintas pasca gempa bumi 5,6 Magnitudo di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada 21 November 2022.

IBU Foundation melakukan penelitian kualitatif bekerja sama dengan Fakultas Psikologi UNPAD terkait evaluasi penggunaan panduan “RUMAH KENCANA” pasca pelaksanaan pelayanan kegiatan MHPSS di wilayah terdampak gempa bumi Cianjur, Jawa Barat. Tujuan dari program ini adalah untuk mengevaluasi dan mengembangkan panduan “Rumah Kencana”.

Proses penelitian melibatkan serangkaian langkah yang cermat dan terencana. Kegiatan ini melibatkan penyusunan laporan penelitian, pengumpulan data melalui metode FGD, dan wawancara bersama perwakilan masyarakat, key person, stakeholder pemerintah, serta penyedia layanan MHPSS dari NGO lain. Selain itu, dilakukan studi literatur untuk melengkapi penelitian. Pada akhir rangkaian program penelitian, dilakukan diseminasi mengenai hasil penelitian serta sosialisasi panduan “Rumah Kencana” yang telah dikembangkan.

Pada proses pengambilan data penelitian, program pelayanan MHPSS yang dilakukan oleh IBU Foundation dirasa mudah diterima dan bermanfaat oleh masyarakat. Dampak yang dirasakan oleh penerima layanan MHPSS yaitu menunjukkan adanya kemampuan untuk lebih kuat di Masyarakat. Salah satu narasumber yang tidak menerima layanan MHPSS menyatakan masih merasa takut dan sulit fokus dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun para penyintas yang tidak mendapatkan layanan MHPSS langsung dari IBU Foundation akhirnya telah mendapat informasi dan teknik menenangkan diri dari Peer Support yang telah dilatih oleh IBU Foundation.

Mengurangi Stress : “Rasanya melegakan dari kita karena semua orang stress, jadi kita merasa terhibur dan tenang, walaupun sedih kalau dalam keadaan seperti itu, banyak yang melindungi kita.” Ungkap Peserta 53, Penerima Manfaat.

Memperkuat konektivitas antar sesama penyintas : “Bagusnya karena kita punya teman untuk berbagi cerita, dan mendengar pengalaman dari orang lain juga menyenangkan. Jadi, kita tidak bosan kalau berkumpul dengan banyak orang yang seperti itu.” Ungkap Peserta 66, Penerima Manfaat

Meningkatkan dukungan emosional : “Nyaman, bahkan ibu-ibu pun senang dan bersyukur masih ada yang peduli dari Yayasan, meski mengaku tidak bisa memberikan apa-apa. Kami sudah menerima sebanyak ini, dan itu sudah merupakan berkah. Mereka sangat peduli terhadap kami dan terus memberikan kenyamanan.” Ungkap Peserta 73, Penerima Manfaat.

Mengurangi beban yang dirasakan : “Nyaman, sangat nyaman. Jadi kami bisa bersosialisasi dan bertukar pikiran. Setelah tim IBU Foundation datang kesini, alhamdulillah. Sehingga wawasan bertambah. Yang belum pernah dihafal sebelumnya” Ungkap Peserta 66, Penerima Manfaat

Panduan Rumah Kencana berfungsi sebagai landasan fasilitator dalam memberikan dukungan psikososial dan layanan kesehatan mental. Secara komprehensif mencakup pendekatan psikoedukasi, konseling pribadi, terapi kelompok, dan psikososial kegiatan. Rumah Kencana telah dibuat dengan cermat berdasarkan pengalaman dan temuan di lapangan. Panduan ini membantu individu dalam menghadapi stres dan tantangan mental lainnya yang muncul setelah bencana, sekaligus membina ketahanan mental yang kuat dan sosial-sistem ekologi bagi penyintas.

Hasil penelitian telah dipresentasikan dan disosialisasikan didihadiri oleh perwakilan Instansi pemerintah di tingkat kabupaten antara lain: Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. , Badan Riset dan Inovasi, Sekretariat Daerah, Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, perwakilan 5 desa binaan, dan perwakilan Kecamatan Cugenang. Selain itu berpartisipasi juga perwakilan LSM yang berpartisipasi baik secara offline maupun online: Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Barat, Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Jawa Barat, Kun Humanity, Save The Children (STC), CBM Global, YEU, dan Kesehatan Jiwa Indonesia (KMI).

Pembaharuan dan pengembangan Panduan Rumah Kencana ini adalah sebagai Upaya IBU Foundation  berkomitmen untuk memberikan layanan untuk mengakomodasi kebutuhan para penyintas bencana, menciptakan ruang yang aman untuk penyembuhan dan pemulihan, khususnya bagi anak-anak dan lingkungan pendukungnya. Panduan Rumah Kencana akan terus  berkembang dan beradaptasi mengikuti kebutuhan para penyintas dengan standar layanan kemanusiaan secara luas. Panduan Rumah Kencana mewakili semangat dan komitmen IBU Foundation untuk mendukung kesejahteraan mental dan psikososial dalam konteks bencana.

IBU Foundation mengucapkan terima kasih kepada mitra, relawan, dan individu yang telah mendukung misi kami. Jika Anda ingin berkontribusi atau mencari informasi lebih lanjut, silakan kunjungi website kami di www.ibufoundation.or.id atau hubungi kami melalui media sosial kami @ibufoundation.

Annual Partnership Conference 2023

Annual Partnership Conference 2023

Sebagai salah satu mitra dari Save the Children Indonesia sejak lama, IBU Foundation terlibat aktif dalam kegiatan Konferensi Kemitraan Tahunan dan Penguatan Kapasitas Organisasi pada tanggal 12-15 Desember 2023 di Hotel Aloft South Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh Muhammad Fandy Sarjono (CEO of IBU Foundation) dan Ari Hadyan Mustamsik (Finance Manager of IBU Foundation).

Save the Children Indonesia (SCIDN) sejak tahun 2020 mulai mengembangkan kemitraan di berbagai lini program; baik untuk pelaksanaan program, pengembangan jaringan dan aliansi, maupun untuk tujuan strategis lainnya. SCIDN ke depan akan membangun kemitraan yang lebih kuat dengan berbagai pihak seperti: pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, kelompok profesional, LSM/Organisasi Masyarakat Sipil, Organisasi Berbasis Masyarakat, media, termasuk Kelompok Anak dan Remaja. Kemitraan ini bertujuan untuk menyatukan kekuatan dalam mewujudkan perubahan yang berkelanjutan bagi anak-anak di Indonesia. Pada tahun 2022, mitra-mitra SCIDN mengimplementasikan lebih dari 24% dari portfolio anggaran program.

Konferensi kemitraan tahunan dan penguatan kapasitas organisasi ini telah menjadi wadah untuk mempertemukan perwakilan dari berbagai mitra (baik mitra pelaksana maupun mitra strategis), perwakilan Pemerintah Indonesia, sektor swasta, masyarakat sipil termasuk anggota kelompok anak-anak & pemuda yang terlibat dalam kemitraan, akademisi, dan media, untuk berbagi praktik dan pengalaman kemitraan antar mitra di seluruh negeri dan untuk memperkuat peran lembaga yang aktif bekerja untuk memperkuat agenda pelokalan di Indonesia.

Saat ini, SCIDN telah bekerja sama dengan lebih dari 60 organisasi mitra di tingkat lokal/regional; dan sebagian besar adalah LSM/Organisasi Masyarakat Sipil yang bertindak sebagai mitra pelaksana program dimana sebagian besar keterlibatan mereka adalah keterlibatan jangka pendek untuk tanggap darurat kemanusiaan. Selain itu, Children and Youth Advisory Networks (CYAN) telah dibentuk di 9 provinsi di Indonesia. Namun demikian,  SCIDN menyadari bahwa jaringan kemitraan/aliansi atau kemitraan strategis belum dimanfaatkan untuk tujuan program pembangunan dan kesiapsiagaan tanggap darurat kemanusiaan. Oleh karena itu, penting untuk membangun kemitraan yang tidak hanya terfokus pada mitra pelaksana program, namun juga mampu melibatkan dan menggerakkan seluruh ekosistem untuk pemenuhan hak-hak anak.

START Networks – Seven Dimensions of Localisation

SCIDN baru-baru ini telah menyelesaikan Rencana Strategis tiga tahun di mana kemitraan disorot sebagai salah satu faktor pendukung utama untuk mengatasi tantangan lokal dan pemanfaatan potensi masa depan secara optimal untuk berkontribusi dalam mencapai masa depan yang aman bagi anak-anak, RPJMN, SDGs, serta visi dan misi SCI. Selain itu, SCIDN yang bertujuan untuk memperkuat pendekatan kemitraan, yang diambil dari Tawaran Besar Sektor Kemanusiaan, START Network membagi Pelokalan ke dalam tujuh dimensi utama:

  1. Pendanaan
  2. Kemitraan
  3. Kapasitas
  4. Revolusi Partisipasi
  5. Mekanisme Koordinasi
  6. Visibilitas
  7. Pengaruh Kebijakan

Untuk konferensi tahun 2023 ini, SCIDN bekerja sama dengan Lokanusa; sebuah forum yang digagas untuk mengumpulkan ide, gagasan, konsep, dan cerita terkait praktik-praktik pelokalan di Indonesia. Hingga September 2023, Lokanusa telah menyelenggarakan 6 seri diskusi dengan tema-tema antara lain: model-model pelokalan bantuan kemanusiaan di Indonesia, tawar-menawar besar dan pentingnya pengetahuan lokal untuk aksi kemanusiaan di Indonesia, pengukuran kinerja pelokalan dalam konteks Indonesia, pelopor pelokalan di Indonesia, kesetaraan kemitraan dalam perspektif pelokalan, dan kebijakan pengelolaan dana aksi kemanusiaan dalam konteks Indonesia. Sebagai sebuah forum yang fokus pada penyebaran konsep lokalisasi, SCIDN telah berkolaborasi dengan Lokanusa untuk memperkuat ekosistem lokalisasi di Indonesia, dengan menggabungkan pengalaman yang dibawa oleh Save the Children dan praktik-praktik membumi dari Lokanusa dalam memajukan lokalisasi di Indonesia. 

Pada konferensi ini, Muhammad Fandy Sarjono sebagai CEO IBU Foundation bersama dengan Shilvia Marliani sebagai Ketua Youth Advisory Council (YAC) melalui sesi talkshow juga berbagi praktik baik, pembelajaran, dan tantangan yang didapatkan dalam Pelokalan pada Program Skill to Succeed (StoS) / Program Kesiapan Kerja bagi Orang Muda dengan Disabilitas. Fandy menyampaikan setidaknya ada 2 hal:

  1. Tantangan dalam upaya menghilangkan faktor penghambat: Stigma dan diskriminasi
    “Tidak sedikit pelaku usaha atau penyedia lapangan pekerjaan yang masih memiliki stigma terhadap difabel. Maka, tugas kami adalah turut memastikan bahwa orang muda dengan disabilitas difasilitasi untuk mendapatkan berbagai pelatihan baik soft skill dan hardskill. Salah satunya kami bekerjasama dengan BKK. Hal ini dilakukan untuk mendorong kesadaran penyedia lapangan pekerjaan terhadap kapasitas orang muda dengan disabilitas. Akhirnya, setelah mereka memiliki kapasitas, beberapa dari perusahaan/penyedia lapangan pekerjaan sudah terbuka untuk menerima orang muda dengan disabilitas untuk magang atau bekerja. Setidaknya ada 31 orang muda dengan disabilitas di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi yang telah magang berbayar dan ada lebih dari 19 perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan bagi orang muda dengan disabilitas.”

    Aksesibilitas
    “Kalau kita berbicara tentang aksesibilitas, itu tidak hanya tentang fisik dan infrastruktur namun juga akses terhadap informasi, akses untuk komunikasi, dan akses untuk mengambil keputusan. Pada hal ini YAC sangat berperan penting. Melalui YAC mereka bisa saling berbagi informasi misalkan dalam lowongan pekerjaan, mereka bisa saling mengajak teman-teman yang lain untuk ikut berkegiatan, dan suara mereka bisa lebih kuat dan didengar dalam kegiatan kampanye atau advokasi.”

    Terbatasnya sumber daya
    “Ketika kita berbicara tentang hal ini erat kaitannya dengan penyediaan akomodasi yang layak. Kita juga perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dari setiap individu orang muda dengan disabilitas sesuai dengan masing-masing hambatan. Sebagai contoh paling gampang adalah teman tuli membutuhkan JBI (Juru Bahasa Isyarat) dan teman Netra beberapa membutuhkan pendamping. Maka dari itu, sebagai organisasi kami perlu memastikan bahwa dalam perencanaan program hal ini perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh lain adalah dalam proses magang, tidak semua perusahaan/pelaku usaha mengalokasikan dananya untuk setidaknya transportasi dan konsumsi. Untuk itu, di awal kami meng-cover itu semua, namun ternyata lama-kelamaan perusahaan bersedia untuk mengalokasikan dananya untuk akomodasi peserta magang. 

  2. Tantangan dalam mendukung partisipasi bermakna dan pemberdayaan: Pelibatan di setiap proses
    “Saya lebih setuju bahwa istilah penerima manfaat (beneficiaries) menjadi peserta program. Kalau ada penerima brarti ada pemberi maka ada penerima manfaat serta ada pemberi manfaat. Ini artinya ada relasi kuasa, ada yang di atas dan ada yang di bawah. Sedangkan sebetulnya orang muda dengan disabilitas memiliki kapasitas untuk terlibat dalam semua proses, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi “nothing about us without us”. Dalam praktik kami, ini dilakukan dengan kontribusi aktif dari SLB. Koordinasi yang intens dengan mereka, monitoring secara rutin dan lain-lain.”

    Pengembangan Kapasitas
    “Ternyata masih banyak sekali kebutuhan pelatihan bagi orang muda dengan disabilitas dalam hal kesiapan kerja. Dari banyaknya kebutuhan, tetap kami perlu membuat skala prioritas. Pelatihan ini dilakukan tidak hanya untuk orang muda dengan disabilitas tapi juga kepada guru dan orang tua. Mereka mengikuti pelatihan softskill dan hardskill serta komunikasi untuk meningatkan kemampuan dalam berpartisipasi yang bermakna.”

    Kolaborasi dan kemitraan
    “Membangun kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta (IDUKA), dan sekolah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Pemerintah dapat mendukung dalam upaya pembaharuan kebijakan yang berpihak pada anak termasuk orang muda dengan disabilitas, kemudian IDUKA (Industri dan Dunia Kerja) dapat meningkatkan kesempatan dan peluang kerja bagi orang muda dengan disabilitas, dan sekolah dapat secara intens mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi para siswanya untuk mempersiapkan ke dalam dunia kerja.”

Sedangkan Shilvia juga menyampaikan beberapa pengalaman berharganya dalam mengelola YAC dan juga di dalam Program Skill to Succeed:

  1.  Pembelajaran dan praktik baik:
    “Saya mengikuti program Soft Skill/Kesiapan Kerja dari Yayasan IBU sejak tahun 2021. Saat itu saya kelas 2 SMA. Saya belajar kesiapan kerja. Saya belajar tentang bagaimana berkomunikasi yang baik, mengelola stress, mengenal diri sendiri, potensi diri. Kami juga belajar tentang bagaimana membuat CV, mengikuti proses wawancara kerja. Saya hanya ikut pelatihan. Hanya sebagai peserta. Tahun 2022, Yayasan IBU mulai mengajak saya menjadi pewawancara (Enumerator)  Survei kepada adik-adik Tuli di SLB lainnya. Dan kami juga mulai membentuk YAC bersama orang muda disabilitas lainnya, dan mulai sering berdiskusi tentang bagaimana orang muda disabilitas mendapatkan kesempatan kerja.  Kami menjadi teman diskusi IBU tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, tempat kegiatan dan topik advokasi.  Kami terlibat sebagai panitia acara Job Fair, membantu perusahan menjelaskan  informasi kepada teman disabilitas. Untuk advokasi, kami memilih tema utamanya adalah bagaimana perusahaan memberi kesempatan pada disabilitas untuk bekerja. Bagi saya, keterlibatan dalam program ini membuat saya memiliki harapan lebih besar. Saya melihat teman-teman tuli dulu susah mendapat pekerjaan, sekarang sudah semakin banyak. Program yang saya ikuti ini benar-benar untuk kebutuhan disabilitas karena disabilitas ingin mandiri, untuk masa depan dan berkontribusi bagi negara.”
  2. Tantangan:
    “Masih banyak Perusahaan yang belum memberi kepercayaan pada disabilitas untuk bekerja. Jadi harus terus di cari solusinya.”
  3. Saran/Rekomendasi:
    “Lebih banyak mengajak disabilitas berdiskusi dan mencari solusi bersama. Sebagai ketua YAC saya juga akan mencari tahu, menampung informasi dan membagikan informasi apapun  dari teman-teman disabilitas lainnya. Ada teman yang mencari pekerjaan, dan Ketika ada informasi lowongan, kami YAC saling bebagi informasi.”
Workshop Objectives and Indicative Agendas:

Selain kegiatan Proposal Writing dan Finance Training, Konferensi Kemitraan Tahunan ini memiliki lima tema dengan agenda dan hasil yang spesifik:

  1. Dimensi Pelokalan dalam Konteks Indonesia: SCIDN memiliki 7 dimensi untuk mengukur implementasi pelokalan. Terlepas dari 7 dimensi ini, penting untuk mengetahui apakah ada dimensi lain yang dapat dieksplorasi untuk memperkuat pelokalan.
  2. Strategi Penguatan Kapasitas Organisasi Lokal: Salah satu tujuan pelokalan adalah pergeseran kekuasaan. Artinya, setiap CSOs lokal harus memiliki kapasitas yang baik sebagai sebuah organisasi. Berbagi kapasitas adalah salah satu cara untuk memperkuat pelokalan, terutama bagi CSOs lokal. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan strategi untuk mengimplementasikan pembagian kapasitas yang efektif bagi CSOs lokal.
  3. Pelajaran yang Dipetik dari Pelokalan: Saat ini, pelokalan telah diimplementasikan di banyak proyek oleh CSO lokal dan aliansi global. Penting untuk mengetahui praktik terbaik dari CSO lokal dan aliansi global sebagai contoh bagi para peserta.
  4. Pemeriksaan kesehatan hubungan mitra, tujuh dimensi SCIDN dari tahap Pelokalan saat ini, dan langkah ke depan: Tema ini akan menjelaskan refleksi atas praktik kemitraan saat ini melalui lensa pendekatan kemitraan, kebijakan SCI dan SCIDN, serta visi untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Indonesia.
  5. Isu-isu strategis dalam CSOs lokal: Tema ini akan membantu peserta mengidentifikasi isu-isu strategis di wilayah mitra.

Ada juga Ignite Stage dengan beberapa tema:

  1. Strategi untuk Mendorong Partisipasi Anak yang lebih Bermakna dalam Desain Program Pembangunan dan Kemanusiaan dalam Konteks Pelokalan.
  2. Krisis Iklim: Aksi Antisipatif dalam Penanggulangan Bencana.
  3. Pentahelix dan Strategi Membangun Ketangguhan Daerah.
  4. Restorasi Ekomomi Lokal untuk Ketangguhan.
  5. Dampak Tahun Politik bagi Civil Society Organisation (CSO).
  6. Penggunaan Teknologi Digital sebagai Ruang Keterlibatan Anak Muda dalam Konteks Nexus Pembangunan, Krisi Kemanusiaan dan Konflik.
Methodology & Participants:

Annual Partnership Conference ini menggunakan metodologi yang beragam untuk memfasilitasi pertukaran ide dan informasi antara para peserta. Pertama, speaker presentations memberikan platform untuk ahli dan praktisi berbagi wawasan mendalam mereka tentang topik terkini dan relevan. Kemudian, open forum discussion memberikan kesempatan kepada peserta untuk berpartisipasi aktif, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman. Panel Discussion melibatkan mitra-mitra regional SCIDN dalam percakapan terfokus untuk mendiskusikan isu-isu kunci. Terakhir, group presentations memungkinkan kelompok peserta untuk menyajikan hasil diskusi atau pekerjaan bersama, mendorong kolaborasi dan pemahaman yang lebih mendalam. Metodologi ini digunakan untuk menciptakan lingkungan konferensi yang dinamis, interaktif, dan mendukung pertukaran pengetahuan yang efektif. 

Kegiatan ini dihadiri oleh mitra-mitra SCIDN diantaranya adalah:

  1. Executive Director, Head of Programme and Head of Finance from partner organisations.
  2. High level policy makers from government and private sectors.
  3. Academia, Media, Civil Society including Children & Youth Group.
  4. Senior Management Team, Boards, Head of Department/Functions, and other members of Save the Children Indonesia.
  5. Technical Experts (Advisers) from Save the Children Indonesia.
  6. Technical Experts from external.
  7. Local CSO and Global Alliance.

IBU Foundation berkomitmen terhadap kemitraan dengan Save the Children Indonesia melalui program-program melalui 7 Dimensi Pelokalan. Kami tidak hanya berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis, tetapi juga untuk terlibat secara aktif dalam inisiatif-inisiatif lokal secara strategis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Indonesia. IBU Foundation dan Save the Children Indonesia berharap dapat memberikan dampak positif yang lebih besar dan berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang berada dalam situasi yang rentan dan atau berisiko. Kemitraan ini mencerminkan tekad bersama untuk menciptakan perubahan yang signifikan dan memberikan harapan kepada generasi mendatang.


Penulis: Amanda Fauzia Pratiwi (Publication Officer)

Perempuan dari Tanah BANGGA

Perempuan dari Tanah BANGGA

Dalam keseharian warga desa Bangga yang masih tidur di bawah atap huntara membuat beberapa keluarga harus berpikir keras untuk tetap melanjutkan hidupnya. Desa yang diterjang bencana berulang kali ini mulai dari gempa dahsyat 28 September 2018 hingga banjir bandang yang terjadi berulang membuat warganya harus dapat bersahabat dengan bencana dan beradaptasi dengan perubahan tatanan  sosial geografis yang ada.

Sejalan dengan itu, banyaknya NGO atau OMS atau oraganisasi sosial lainnya yang menyalurkan bantuan guna keberlanjutan hidup pasca bencana selalu dihadiri oleh warga dengan harapan bahwa ada hal baru yang dapat dipelajari. Salah satunya dirasakan pula oleh Ibu Lisna, seorang ibu rumah tangga di Bangga. Ia merasa kebingungan dengan kehidupannya setelah bencana alam pada 28 September 2018. Lapangan pekerjaan menjadi terbatas dan mendorong beliau harus kreatif agar dapur tetap berasap.

Lisna yang dari awal memang hanya menjadi ibu rumah tangga mulai tertarik ikut beberapa pelatihan agar menambah wawasan karena beliau harus ikut menjadi tulang punggung keluarga. Hari ini, program pemberdayaan yang tersisa semenjak tahun 2018 adalah program PRP. Program tentang penanganan sampah yang di dalamnya ada Bank Sampah, daur ulang dan produk alternatif, menjadi salah satu harapan baru untuk beliau. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat berdaya namun tetap menjaga lingkungan. Ini merupakan hal baru bagi warga Desa Bangga khususnya kelompok bentukan IBU FOUNDATION karena selama ini masyarakat beranggapan bahwa sampah hanya dibuang dan dibakar namun ternyata bisa mendatangkan sisi ekonomi bila di kelola dengan baik.

Berdasarkan cerita dari ibu Lisna bahwa “Saya baru tahu karena di sini (Desa Bangga) sampah masih dicampur dan dibakar menjadi satu. Dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh teman teman IBU membuat banyak masyarakat menjadi sadar akan lingkungan serta menambah nilai ekonomi keluarga. Awalnya saya ikut dan tertarik untuk bergabung karena ada ilmu baru dan pengalaman baru.” kata Ibu Lisna imbuhnya.

Dalam menjaga lingkungan ternyata dapat dimulai dari hal sederhana dengan membuang dan mengelola sampah dari rumah. Poin terpentingnya menumbuhkan kemauan untuk sadar bahwa sampah menjadi persoalan kita semua, baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat yang lebih tinggi.

Aksi Nyentrik Pemuda Tani dengan Sampah Plastik

Aksi Nyentrik Pemuda Tani dengan Sampah Plastik

Cerita kiriman dari: Alvi Intan Nur Aisyah

“….Saya mengajak para pemuda dan anak-anak desa untuk ikut menyelamatkan desa dari sampah plastik dengan cara bertani di area rumah sekaligus memanfaatkan sampah plastik”

Sampah plastik yang dihasilkan dari limbah rumah tangga seperti sampah plastik kemasan makanan, minuman, minyak goreng, sabun cuci piring, dan lain sebagainya sudah menjadi masalah di Indonesia. Tumpukan sampah plastik yang mengganggu hingga mencemari tanah dan lingkungan sekitar sudah bukan menjadi pemandangan langka di beberapa daerah Indonesia, termasuk di Desa Karangmojo. Sampah plastik yang menggunung menjadi perhatian bagi salah satu warga desa tersebut bernama Alvi Intan Nur Aisyah. Warga yang akrab dipanggil Intan ini terpanggil untuk berbuat sesuatu atas kondisi sampah plastik. Aksi unik yang dipelopori kemudian diberi nama “Berani Bertani dengan Sampah Plastik.”

“Muda dan berpengaruh” adalah satu kalimat yang disematkan pada Intan yang memiliki aksi nyentrik dan unik di tengah maraknya polusi sampah yang disebabkan oleh plastik. Tepat di Desa Karangmojo, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Intan masih menjalani pendidikan di salah satu perguruan tinggi ini memiliki cara unik untuk menyelamatkan desanya dari polusi sampah plastik.

Berawal dari tugas kuliah yang mewajibkan menulis mengenai permasalahan kemasan plastik dan dampaknya bagi lingkungan, kemudian Intan memulai aksi dari ide “Berani Bertani dengan Sampah Plastik.” dengan menggandeng para pemuda dan anak-anak di desa untuk memulai dan mengembangkan aksinya.

“Pas Saya mencari referensi untuk tugas kuliah tentang kemasan plastik dan dampak lingkungannya, Saya membaca salah satu web, disitu dijelaskan yang intinya bahwa sampah plastik kemasan bermerek paling banyak ditemukan adalah kemasan makanan dan minuman sekali pakai. Sejak saat itu, Saya mulai mengamati desa dan ternyata memang sampah plastik kemasan masih banyak, tak termanfaatkan, dan merugikan tanah.”, tutur Intan

Intan mengawali aksi “Berani Bertani dengan Sampah Plastik” dengan cara memberi pengenalan kepada para pemuda dan anak-anak Desa Karangmojo mengenai bahaya sampah plastik yang tidak diolah dan dikelola dengan baik. Setelah itu, memberi contoh mengenai dasar-dasar bertani, seperti menyemai benih, media tanam, cara menanam, merawat hingga memanen tanaman yang ditanam. Intan menjelaskan semuanya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman-temannya.

Intan dengan rutin mengajak para pemuda dan anak desa untuk bertani di pekarangan atau area rumah. Kemudian mengedukasi mengenai jenis sampah plastik serta cara untuk memisahkan sampah plastik dengan sampah atau limbah lainnya. Seperti sampah kemasan makanan, minuman, wadah minyak goreng plastik, kemasan sabun pencuci piring, bekas kemasan air minum, karung beras berbahan plastik, hingga kemasan minuman tetra pack. Setelah sampah plastik terkumpul, kemudian dipilih dari jenis, ukuran, bentuk, ketebalan plastik, dan sebagainya sesuai kebutuhan.

Plastik yang telah dipilih kemudian akan dijadikan polybag untuk media tanam. Sampah plastik tersebut dilubangi dengan digunting bagian bawah untuk memberi aliran air pada tanaman yang disiram. Kemudian pada bagian atas dilipat agar plastik dapat berdiri tegak. Setelah itu, polybag dari sampah plastik ini diisi dengan media tanam yang siap pakai dan diberi bibit atau bibit siap pindah tanam.

Dalam aksinya, teman-teman di Desa Karangmojo sudah menanam beberapa jenis sayuran, seperti kangkung, sawi, kemangi, cabai, dan masih banyak lagi. Tak hanya sayuran, teman-teman juga menanam tanaman herbal seperti lidah buaya, bawang dayak, som jawa, binahong merah, dan lainnya.

Intan, para pemuda, dan anak-anak Desa Karangmojo berharap dengan “Berani Bertani dengan Sampah Plastik” dapat menjadi satu langkah kebaikan yang dapat menyelamatkan lingkungan dari polusi dan bahaya plastik. Setelah beberapa bulan beraksi, terbukti teman-teman bisa lebih peduli terhadap lingkungan dan hal baik ini tentu akan berpengaruh ke orang tuanya masing-masing.

Melatih Nelayan Membuat Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan

Melatih Nelayan Membuat Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan

Desa Lombonga merupakan salah satu desa dampingan IBU Foundation. Desa tersebut terdapat 60 orang penerima manfaat IBU Foundation yang terdiri dari 30 penerima bantuan perahu dan 30 penerima bantuan alat tangkap.

Menurut dari salah satu penerima bantuan yang telah diwawancarai yaitu Pak Irwan, bahwa paska bencana terjadi, ia belum pernah menerima bantuan dari pihak manapun. Pak Irwan yang bekerja sebagai seorang nelayan merasa sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan IBU Foundation. Selain itu, ia juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada IBU Foundation karena telah memfasilitasi nelayan di Desa Lombonga untuk bertemu dengan Dinas Perikanan Kabupaten Donggala, Dinas Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, dan pihak BMKG dari cabang Bandar Udara Mutiara Sis Aljufri, Palu. Bantuan perahu yang diberikan ia gunakan untuk mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebelum dilakukannya peresmian, perahu tersebut sudah digunakan untuk mencari ikan di Pantai Lombonga. Jika hasil tangkapan melimpah, maka sebagian akan di jual untuk memenuhi kebutuhan keluarga namun jika hasil tangkapan sedikit hanya untuk dikonsumsi sendiri.

Selain mendistribusikan bantuan kepada masyarakat, IBU Foundation memberikan peningkatan kapasitas melalui pelatihan. Penerima manfaat mendapatkan pelatihan terkait teknik menangkap ikan ramah lingkungan dan menjahit alat tangkap jaring ikan.

“Pelatihan yang diadakan oleh IBU Foundation sangat bermanfaat karena dari pelatihan penerima manfaat banyak mendapatkan pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui termasuk mengetahui cara menjahit alat tangkap dan cara menangkap ikan ramah lingkungan.”

Ungkap Pak Irwan.

“Selama IBU Foundation masih menjalankan programnya, kami berharap IBU mendampingi nelayan di Desa Lombonga secara intensif agar apa yang belum dipahami oleh nelayan, IBU bisa memberikan masukan dan jika diperbolehkan bantuan perahu yang sudah diberikan dilengkapi dengan mesin.”

Cerita Tentang Organisasi Pengurangan Risiko Bencana di Kecamatan Lindu

Cerita Tentang Organisasi Pengurangan Risiko Bencana di Kecamatan Lindu

PELANA KASIH (Program Pengelolaan Kampung Aman, Bersih, dan Sehat) merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh IBU Foundation di Kecamatan Lindu, Sulawesi Tengah. Salah satu kegiatan dalam program tersebut adalah pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Dari hal tersebut, IBU membentuk kelompok OPRB atau Organisasi Pengurangan Risiko Bencana. OPRB dibentuk di masing-masing lima desa dampingan, yaitu Desa Puro’o, Langko, Tomado, Anca, dan Olu.

IBU Foundation dan OPRB mendampingi masyarakat desa dampingan terkait kebencanaan dan pengurangan risiko bencana. Masyarakat menyadari dengan adanya pembentukan OPRB merupakan hal yang sangat penting. Karena Kecamatan Lindu merupakan salah satu wilayah terdampak bencana pada tahun 2018 silam dan berada di wilayah terpencil dari pusat kota. Dengan adanya pendampingan pengurangan risiko bencana kepada masyarakat, diharapkan ketahanan masyarakat terhadap bencana dapat meningkat.

Berikut cerita dari anggota OPRB terkait pendampingan pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh IBU Foundation.

“Setelah IBU Foundation memanggil Saya untuk bergabung dalam tim OPRB, banyak perubahan yang Saya rasakan. Waktu itu Saya bergabung sekitar bulan Oktober atau November (2019) lalu. Saya mengenal Biangkha (Hygiene Promotion Officer) awalnya. Aktifitas yang saya ikuti sejauh ini adalah rapat ataupun pertemuan untuk pembentukan kelompok, lalu kalau ada bencana akan dibuat ‘Kentongan’, titik-titik bencana, dan titik-titik lari atau tempat untuk pengungsian yang tepat, dan evakuasi. Kalau kita mengalami bencana, kita sudah tahu gerak-gerik harus lari kemana, apa yang harus disediakan jika mau pergi, intinya sudah tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Dan ketika ada gempa waktu itu jam 1 pagi, Saya, istri, dan anak bisa lebih hati-hati. Saya merasa sangat gembira karena sudah mendapatkan pengetahuan ini dari IBU Foundation.”

Enos Bawias, 39 tahun, Desa Langko.

Pembentukan OPRB ini tidak hanya diikuti oleh pria saja, melainkan juga wanita dan ibu rumah tangga yang dengan senang hati ingin mendapatkan pendampingan untuk melindungi keluarganya saat bencana terjadi. Mereka ingin membuktikan bahwa wanita juga mampu menjadi bagian dalam pengurangan risiko bencana.

 

“Saya diajak oleh kepala desa untuk bergabung dalam tim OPRB sekitar bulan September (2019). Kita ditunjuk oleh kepala desa di setiap dusun. Disini ada tiga dusun. Setiap dusun ada empat orang untuk divisi tim OPRB, yaitu logistik, evakuasi, peringatan dini, dan kesehatan. Saya di tim logistik. Untuk tahapan-tahapan pelaksanaannya sudah ada sosialisasi, tapi untuk per dusun belum ada sosialisasinya. Tinggal pembuatan alat kalau nanti ada bencana. Kentongan yang dibuat sendiri oleh masyarakat dan jalur titik-titik kumpul. Semuanya sudah dibicarakan dan direncanakan, jadi tinggal dilaksanakan. Bagus ini. Sangat membantu masyarakat. Jadi nanti, kita bukan lagi orang yang harus ditolong ketika bencana, melainkan kitalah yang harus menolong. Saling membantu. Pokoknya perubahan yang Saya dapatkan besar sekali melalui OPRB ini. Setelah bergabung OPRB, kita jadi harus ingat dengan keberadaan orang lain. Karena kita sudah merasa lebih bertanggung jawab untuk saling membantu. Untuk OPRB-nya, Saya berharap kita bisa terus bekerja sama, sementara untuk IBU Foundation, terima kasih karena sudah membentuk kegiatan ini.”

Yeni Tondi, 32 tahun, Desa Puro’o.

 

“Saya bergabung di tim OPRB sekitar bulan Oktober (2019). Saya bergabung dengan OPRB untuk di bagian pertolongan pertama karena Saya punya latar belakang di bidang kesehatan. Sebelum OPRB ini Saya sudah banyak ikut kegiatan dan beberapa pelatihan lainnya. Setelah mengikuti OPRB ini, manfaat pertama yang bisa Saya dapatkan adalah bisa akrab dengan orang-orang disini, karena kebetulan Saya berasal dari Desa Puro’o. Jadi dengan adanya kejadian diare kemarin, masuk rumah ke rumah, Saya merasa menjadi lebih akrab dengan orang-orang disini. Sejauh ini implementasi ilmu dan pengetahuan yang Saya dapatkan dari kegiatan OPRB adalah saat kejadian diare kemarin. Jadi, waktu diare kemarin terjadi, Saya aplikasikan di masyarakat dan diri juga. Kesan Saya OPRB ini bagus, seperti yang diberitahukan Karin (Disaster Risk Reduction Officer), ketika ada suatu bencana, hal apa yang akan kita buat, tindakan apa yang harus kita lakukan, semuanya diajarkan. Jika teman-teman OPRB benar-benar serius belajar, suatu saat, bukan hanya kasus diare ini saja yang bisa kita tangani. Jadi, untuk saat ini, dengan keberadaan IBU Foundation. Mudah-mudahan nanti ke depannya, untuk kegiatan OPRB selanjutnya bisa ditingkatkan lagi saja, terima kasih sudah mau membantu. Saya bersyukur, dan untuk pelayanannya IBU Foundation sudah bagus.”

Gervinawati Tosuo, 35 tahun, Desa Anca.

Cerita Ibu Rosani, Seorang Perempuan Kepala Keluarga

Cerita Ibu Rosani, Seorang Perempuan Kepala Keluarga

“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh IBU Foundation, bantuan yang telah diberikan sangat bermanfaat.”

Rosani. perempuan berusia 54 tahun adalah seorang perempuan kepala keluarga. Ia menjadi salah satu penerima manfaat dari Program Kitchen Garden di Desa Sibalaya Utara, Kabupaten Sigi. Setelah suaminya meninggal, ia berjuang sendiri untuk menafkahi anak-anaknya. Ia bekerja sebagai buruh tani dan mempunyai 3 orang anak yang sudah menikah, 1 perempuan dan 2 laki-laki.

Setelah bencana terjadi, ia tidak bisa bertani lagi. Ia bersedia bekerja apa pun jika ada yang membutuhkan tenaga pekerja. Bencana gempa dan likuifaksi pada 28 September 2018 menyebabkan rumahnya rusak berat dan terpaksa mengungsi ke rumah darurat yang dibuat di sekitar Pasar Sibalaya Utara.

“Kedepannya, Saya berharap agar pendampingan dan bantuan pemulihan mata pencaharian yang dilakukan oleh IBU Foundation dapat berkembang agar dapat berkontribusi menunjang kebutuhan keluarga” ungkap Rosani.

Sejak menjadi terdampak bencana, Rosani belum pernah mengikuti program pendampingan dari pihak mana pun, baru dengan adanya IBU Foundation ia mengikuti program pemulihan mata pencaharian.  Dalam pendampingan IBU Foundation, ia berkesempatan mengikuti pelatihan pembuatan kompos dan berlatih menanam di lahan percontohan. Ia juga menceritakan tentang bantuan ayam DOC dan induk ayam jenis Kampung Super yang telah diterimanya. Ia mulai menikmati telur yang dihasilkan dari bantuan ternak ayamnya. Telur tersebut menjadi sumber nutrisi bagi keluarganya. Rosani sudah memiliki 5 ekor anak ayam dari bantuan distribusi tahap pertama dan ayam induk yang diberikan pada tahap kedua pun sudah bertelur.

Penerapan “Kebun Keluarga” oleh Pak Apri

Penerapan “Kebun Keluarga” oleh Pak Apri

Sebut saja namanya Pak Apri. Beliau merupakan salah satu penerima manfaat bantuan Kebun Keluarga di Desa Sibalaya Utara, Sulawesi Tengah. Walaupun dalam kondisi disabilitas, ia tetap bekerja keras dan berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia bekerja sebagai seorang buruh tani dan bangunan. Ia juga sangat antusias dengan program yang dijalankan oleh Yayasan IBU, yaitu Program Pemulihan Mata Pencaharian.

Di bulan November 2019, Yayasan IBU telah melaksanakan pelatihan pembuatan kompos dan penyemaian kepada 65 penerima manfaat di Desa Sibalaya Utara. Pelatihan yang diadakan Yayasan IBU sangat bermanfaat karena dari pelatihan tersebut Pak Apri banyak mendapatkan pengetahuan termasuk mengetahui cara menyemaikan benih yang baik dan mengetahui keuntungan penggunaan pupuk kompos.

Pembuatan pupuk kompos belum sempat dilakukan oleh Pak Apri, karena ia masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan menjadi buruh bangunan. Namun, Pak Apri telah menerapkan Kebun Keluarga dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya. Di pekarangan rumah, Pak Apri menanam cabai dengan menggunakan polybag dan disusun rapi di depan rumahnya.

Pak Apri mengatakan seandainya ia dan penerima manfaat lain sudah tidak didampingi lagi oleh Yayasan IBU, penerima manfaat sudah bisa melakukan sendiri karena telah mempunyai bekal dalam pembuatan kompos dan penyemaian yang diberikan oleh Yayasan IBU. Harapannya semoga program Yayasan IBU bisa berkelanjutan.

Program Kebun Keluarga mendorong petani penerima manfaat untuk memanfaatkan pekarangan rumah atau kebun dengan luasan sempit untuk menanam sayuran, buah, dan rempah -rempah yang sesuai dengan kondisi terbatasnya air untuk pertanian. Selain kegiatan bertani, di dalam kebun keluarga juga diintegrasikan dengan kegiatan beternak ayam dan kambing menggunakan pendekatan organic farming. Program Kebun Keluarga diharapkan akan menjadi sumber pangan bagi keluarga dan tambahan pendapatan serta meningkatkan keterampilan bertani organik bagi petani penerima manfaat.

Auto Draft

Perubahan Positif dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Pelatihan STBM yang dilaksanakan di Kecamatan Lindu, pada tanggal 27-28 November 2019. Dalam pelatihan ini peserta yang diundang ialah perwakilan kader Posyandu, Tim OPRB (Organisasi Penanggulangan Risiko Bencana), perwakilan dari Komite Air, dan desa dampingan di Kecamatan Lindu (Desa Puroo, Langko, Tomado, Anca, dan Olu). Salah satu peserta yang mengikuti kegiatan bernama Ibu Orpa, Ibu Orpa adalah Tim perwakilan OPRB di wilayah Desa Anca.

Pada saat Pelatihan, Ibu Orpa telah bertambah pengetahuannya mengenai STBM. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil tes Ibu Orpa yang meningkat serta pada saat pelatihan STBM berlangsung Ibu Orpa sebagai salah satu peserta yang aktif berdiskusi di kegiatan pelatihan STBM.

Ibu Orpa berkata pelatihan STBM ini membawa perubahan positif bagi kehidupannya. “Sebelumnya Saya sangat jarang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun, namun setelah diberikan edukasi, Saya mengetahui manfaat mencuci tangan memakai sabun di air yang mengalir dan sampo rambut, serta mengetahui berbagai macam penyakit yang akan menimpa jika Saya tidak berperilaku hidup bersih dan sehat.”

“Ketika pelatihan Saya diberikan pemahaman 5 pilar STBM yang berdampak di kehidupan sehari-hari. Saya tersadar bahwa selama ini tidak menerapkan kebiasaan yang baik untuk keluarga. Namun setelah pelatihan, secara perlahan memulai mengubah kebiasaan sehingga Saya dapat meningkatkan kualitas kebersihan pribadi, keluarga, dan orang sekitar lingkungan tempat tinggal.”

“Harapan Saya, edukasi kesehatan yang telah diberikan dapat terus dilakukan dan dapat disebar luaskan di Kecamatan Lindu, mengingat kesehatan adalah hak semua warga.”

“Asik Minim Plastik” Dalam Program Pengurangan Sampah Plastik Di Huntara Mpanau Dan Tondo, Kabupaten Sigi

“Asik Minim Plastik” Dalam Program Pengurangan Sampah Plastik Di Huntara Mpanau Dan Tondo, Kabupaten Sigi

Palu, 11 Desember 2019

IBU Foundation bersama Lingkar Hijau, WALHI, Sahabat Relawan, Sikap Institute, AWAM Green, KOMIU, LPSHAM AJI Palu dan Komunitas HISTORIA, berkolaborasi dalam Gerakan “Asik Minim Plastik” untuk pertama kalinya pada hari Rabu, 11 Desember 2019, pukul 15.00-21.00 WITA.

Kegiatan Forum NGO ”Aksi Minim Plastik” dengan tajuk “Asik Minim Plastik” ini dilaksanakan di dua tempat berbeda yaitu di area huntara (hunian sementara) Mpanau dan Huntara Tondo, Kabupaten Sigi selama dua hari sampai hari Kamis, 12 Desember 2019. Tidak hanya diisi oleh pertunjukan musik saja dan program radio khusus, acara yang digelar selama dua hari ini juga akan dimeriahkan dengan adanya pasar murah, pemutaran video edukasi, kegiatan mewarnai untuk anak-anak, dan penukaran sampah plastik dengan produk alternatif pengganti plastik.

Gerakan “Asik Minim Plastik” bertujuan untuk menyebarkan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai melalui konsep 4R (reuse atau guna ulang, reduce atau kurangi, recycle atau daur ulang, dan replace atau ganti produk). Konsep pasar murah minim plastik dalam kegiatan ini diharapkan dapat mengubah citra pasar yang selalu dikatakan sebagai sumber sampah plastik di mata masyarakat. Selain itu, agar masyarakat luas juga melihat bahwa sebuah perubahan itu dapat dilakukan. “Asik minim plastik” mengangkat kekayaan produk-produk alternatif dan daur ulang yang berasal dari kelompok masyarakat sekitar. Keterlibatan kelompok masyarakat ini, sebagai upaya dalam penyebaran pesan akan pentingnya pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik dalam rumah tangga. Meningkatkan pengetahuan dalam pengurangan dan pengelolaan sampah plastik, mulai dari keluarga, kepada masyarakat luas di Kota Palu dan Kabupaten Sigi.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, Afit Lamakarate yang menyarankan agar ibu-ibu mulai membawa tas belanja sendiri dan jika memang tonda (tas kerajinan lokal dari Kabupaten Sigi. Terbuat dari daun silar. Tonda dapat bertahan untuk satu tahun pemakaian) sudah tidak lagi diminati mungkin diperlukan bentuk inovasi dari tonda, pada akhirnya penting untuk mulai dari diri sendiri dan dalam tingkatan rumah tangga.

Sejalan dengan yang disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sigi, IBU bersama rekan-rekan NGO yang tergabung dalam Forum NGO “Aksi Minim Plastik” berharap kegiatan ini akan bermanfaat dan dapat memberikan edukasi tentang penggunaan-ulang, pengurangan, daur-ulang dan penggantian produk plastik sekali pakai di daerah terdampak bencana di area hunian sementara Mpanau dan Tondo.

Lino kita, nTe Pue kana Ra Jagai, Lino Kita nte Pue Ne Rakalingasi

Alam/kampung harus selalu dijaga, dan jangan lupakan/berpaling dari Tuhan