Memperhatikan Pertumbuhan Pada Anak Usia Dini Dengan Memantau Status Gizi

Memperhatikan Pertumbuhan Pada Anak Usia Dini Dengan Memantau Status Gizi

Kita sudah cukup sering mendengar mengenai “Golden Age” atau periode emas. Periode emas tersebut dikenal dengan sebutan 1000 hari pertama kehidupan, yaitu masa sejak anak dalam kandungan sampai seorang anak berusia dua tahun. Fase ini disebut periode emas karena pada masa ini terjadi pertumbuhan otak dan organ lainnya.
Namun, apakah kita sebagai orang tua sudah bisa memastikan status gizi sang anak ketika memasuki periode emas?
Berikut dilampirkan Gambar terkait perkembangan otak dan tabel mengenai pertumbuhan anak.

Grafik

Gambar 1. Fase Perkembangan Otak pada usia 6 bulan sampai usia 15 tahun

Perkembangan otak dimulai pada saat janin berusia 6 bulan. Puncak perkembangan fungsi melihat dan mendengar terjadi pada saat usia 2 bulan. Puncak perkembangan fungsi berbahasa terjadi pada saat bayi berusia 7 – 11 bulan, dan puncak perkembangan fungsi kognitif terjadi pada saat anak berusia 5 tahun.

tabel

Tabel 1. Tabel Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Perkembangan dari Usia 1 – 12 bulan

Meskipun pada tabel tersebut tertera tahapan perkembangan, namun kita bisa melihat rentang ukuran dari mulai Berat badan (BB), Panjang Badan (PB), dan Lingkar Kepala yang memudahkan kita dalam memantau status gizi anak.

Dampak jangka pendek yang ditimbulkan dari malnutrisi (kekurangan gizi) pada periode ini, yaitu terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan, metabolic programming (sistem metobolisme), dampak jangka panjang yang ditimbulkannya yaitu berkaitan dengan kemampuan kognitif dan pendidikan juga stunting/pendek, dan berisiko lebih tinggi untuk terkena masalah kesehatan.

Di Indonesia, masih ada sebanyak 4,9% balita menderita gizi buruk, dan 13 % balita menderita gizi kurang. Berkaitan dengan kondisi kependekan pada balita, masih ada sebanyak 18,5% balita sangat pendek dan 17,1% balita pendek. Berkaitan dengan kondisi kekurusan pada balita, masih ada sebanyak 6% balita sangat kurus dan 7,3% balita kurus. Dan masih ada sebanyak 14% balita mengalami kegemukan (Riskesdas, 2010). Target “Gizi Masyarakat” dalam Sustainable Development Goals (SDG’s), yaitu pada tahun 2030 mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting (pendek) dan wasting (berat badan kurang) pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia.

Fase Pertumbuhan dari Anak Usia Dini tentunya merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dan masyarakat. Anak usia dini mencakup janin dalam kandungan sampai dengan usia 6 tahun. Pengelompokan anak usia dini dari mulai: janin dalam kandungan sampai lahir, bayi usia 0-28 hari, anak usia 1-24 bulan, anak usia 2-6 tahun.

Pentingnya memperhatikan status gizi pada anak usia dini bermanfaat untuk memaksimalkan fase pertumbuhan anak usia dini. Salah satu menilai status gizi untuk anak usia dini bisa dinilai dengan cara Antropometri. Pengukuran Antropometri merupakan pengukuran berbagai macam dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur, seperti panjang badan bayi, lingkar kepala, tinggi badan, berat badan, lingkar dada, lingkar lengan atas. Pengukuran Antropometri disarankan dengan alasan:

  1. Alat mudah diperoleh dan dipakai.
  2. Dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan obyektif.
  3. Dapat dilakukan oleh tenaga non ahli yang telah dilatih.
  4. Murah.
  5. Diakui kebenarannya secara ilmiah.

Untuk mempermudah dalam memantau pertumbuhan dan status gizi anak, minimal kita sebagai orang tua harus memahami indikator-indikator yang digunakan dalam mengklasifikasikan status gizi anak, diantaranya adalah

Berat badan / Umur (BB/U), memantau status gizi anak tersebut, apakah anak mengalami gizi lebih, gizi normal, gizi kurang, atau gizi buruk.

  1. Tinggi badan / Umur (TB/U) atau Panjang badan / umur (PB/U), memantau status gizi anak tersebut, apakah pertumbuhan anak tinggi, normal, pendek dan sangat pendek.
  2. Berat badan / Tinggi badan (BB/TB), memantau status gizi anak tersebut, apakah anak mengalami obesitas, gemuk, risiko gemuk, normal, kurus dan sangat kurus.

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Antropometri biasanya terdapat di Posyandu-Posyandu ketika kegiatan penimbangan. Kegiatan penimbangan di Posyandu, memudahkan kita sebagai orang tua untuk memastikan status gizi anak, maka, kita sebagai orang tua harus memiliki kemauan dan kesadaran untuk memantau status gizi anak melalui kegiatan di Posyandu agar kejadian-kejadian malnutrisi tidak terjadi pada anak kita.

 

Referensi :

  • I Dewa Nyoman Supariasa. Penilaian Status Gizi, 2004.
  • Thompson RA, Nelson CA 2001 Developmental science and the media: Early brain development.
  • Keputusan Menteri Kesehatan no. 1995/MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
  • Hariyani Sulistiyoningsih. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, 2010.

Suka artikel ini?

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *