Perempuan dari Tanah BANGGA

Perempuan dari Tanah BANGGA

Dalam keseharian warga desa Bangga yang masih tidur di bawah atap huntara membuat beberapa keluarga harus berpikir keras untuk tetap melanjutkan hidupnya. Desa yang diterjang bencana berulang kali ini mulai dari gempa dahsyat 28 September 2018 hingga banjir bandang yang terjadi berulang membuat warganya harus dapat bersahabat dengan bencana dan beradaptasi dengan perubahan tatanan  sosial geografis yang ada.

Sejalan dengan itu, banyaknya NGO atau OMS atau oraganisasi sosial lainnya yang menyalurkan bantuan guna keberlanjutan hidup pasca bencana selalu dihadiri oleh warga dengan harapan bahwa ada hal baru yang dapat dipelajari. Salah satunya dirasakan pula oleh Ibu Lisna, seorang ibu rumah tangga di Bangga. Ia merasa kebingungan dengan kehidupannya setelah bencana alam pada 28 September 2018. Lapangan pekerjaan menjadi terbatas dan mendorong beliau harus kreatif agar dapur tetap berasap.

Lisna yang dari awal memang hanya menjadi ibu rumah tangga mulai tertarik ikut beberapa pelatihan agar menambah wawasan karena beliau harus ikut menjadi tulang punggung keluarga. Hari ini, program pemberdayaan yang tersisa semenjak tahun 2018 adalah program PRP. Program tentang penanganan sampah yang di dalamnya ada Bank Sampah, daur ulang dan produk alternatif, menjadi salah satu harapan baru untuk beliau. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat berdaya namun tetap menjaga lingkungan. Ini merupakan hal baru bagi warga Desa Bangga khususnya kelompok bentukan IBU FOUNDATION karena selama ini masyarakat beranggapan bahwa sampah hanya dibuang dan dibakar namun ternyata bisa mendatangkan sisi ekonomi bila di kelola dengan baik.

Berdasarkan cerita dari ibu Lisna bahwa “Saya baru tahu karena di sini (Desa Bangga) sampah masih dicampur dan dibakar menjadi satu. Dengan adanya sosialisasi yang diadakan oleh teman teman IBU membuat banyak masyarakat menjadi sadar akan lingkungan serta menambah nilai ekonomi keluarga. Awalnya saya ikut dan tertarik untuk bergabung karena ada ilmu baru dan pengalaman baru.” kata Ibu Lisna imbuhnya.

Dalam menjaga lingkungan ternyata dapat dimulai dari hal sederhana dengan membuang dan mengelola sampah dari rumah. Poin terpentingnya menumbuhkan kemauan untuk sadar bahwa sampah menjadi persoalan kita semua, baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat yang lebih tinggi.

Kolaborasi IBU Foundation dengan Dinas Sosial Kota Tasikmalaya

Kolaborasi IBU Foundation dengan Dinas Sosial Kota Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya, 7 Februari 2024 – IBU Foundation dengan menerima undangan dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya untuk menjadi narasumber dalam kegiatan Pelatihan Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial di wilayah Kecamatan Cihideung dan Kecamatan Tawang. Dalam kegiatan ini, IBU Foundation hadir untuk memberikan kontribusi positif melalui pelatihan ini untuk kelompok rentan dan berisiko di daerah tersebut supaya mereka meningkatkan kesadaran dan kapasitasnya terkait Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial di situasi bencana.

Kondisi Bencana dan Perlunya Dukungan Psikososial

Dalam undangan yang disampaikan oleh Dinas Sosial, disebutkan bahwa kejadian bencana merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dan diprediksi waktunya. Dalam upaya perlindungan sosial bagi korban bencana alam dan sosial, Dinas Sosial memberikan pelayanan minimum. Salah satu upaya kesiapsiagaan yang telah dilakukan adalah edukasi mitigasi bencana, peningkatan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana, dan penyaluran bantuan yang sinergi antara Dinas Sosial dan instansi lainnya.

Program Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial (KMDP/MHPSS) menjadi langkah konkrit dalam meningkatkan kesejahteraan psikososial individu dan masyarakat saat mengalami krisis akibat bencana atau kecelakaan. Dinas Sosial melakukan inisiatif layanan psikososial untuk kelompok rentan di wilayah Kecamatan Cihideung dan Kecamatan Tawang.

IBU Foundation sebagai Narasumber: Menyampaikan Pentingnya Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Pasca Bencana

CEO IBU Foundation, hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, membawakan materi dengan judul “Layanan Dukungan Psikososial Untuk Kelompok Rentan & Berisiko Di Kecamatan Cihideung dan Tawang”. Materi yang disampaikan mencakup:

  1. Konsep Dasar dan Karakteristik Bencana
    • Pemahaman mendalam tentang konsep bencana dan karakteristiknya untuk lebih siap menghadapi situasi krisis.
  2. Manajemen Bencana
    • Langkah-langkah praktis dalam manajemen bencana untuk membantu kelompok rentan beradaptasi dan bertahan.
  3. Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Pasca Bencana
    • Penyampaian informasi mengenai piramida psikososial, PFA (Psychological First Aid), dan contoh kegiatan psikososial terstruktur.

Partisipan lebih dari 80 Orang: Relawan, Fasilitator Masyarakat, dan Tokoh Masyarakat

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 80 peserta, termasuk relawan, fasilitator masyarakat, dan tokoh masyarakat. Mereka telah mendapatkan pemahaman yang mendalam dan keterampilan praktis dalam memberikan dukungan psikososial di tengah kondisi bencana.

Komitmen IBU Foundation untuk Kelompok Berisiko

IBU Foundation menyuarakan komitmen dalam mendukung inisiatif Dinas Sosial Kota Tasikmalaya dan berkolaborasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Melalui pengetahuan dan pengalaman praktis yang diberikan, diharapkan kelompok rentan dan berisiko di wilayah Cihideung dan Tawang dapat lebih tangguh dan berdaya dalam menghadapi kondisi krisis.

Upaya Bersama untuk Membangun Kesejahteraan Masyarakat

Kami berterima kasih atas undangan dari Dinas Sosial Kota Tasikmalaya dan berharap bahwa melalui kolaborasi ini, kita dapat bersama-sama membangun kesejahteraan masyarakat, khususnya mereka yang berada dalam kelompok rentan di wilayah Cihideung dan Tawang. IBU Foundation siap terus berkontribusi dalam upaya peningkatan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

 

Kolaborasi Kemanusiaan IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta

Kolaborasi Kemanusiaan IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta

Surakarta, 12 Januari 2024 – Sebagai bentuk komitmen dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Program Studi Manajemen Penanggulangan Bencana di Politeknik Akbara Surakarta mengadakan acara Kuliah Pakar Praktikum yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa program studi tersebut. Acara ini menjadi lebih istimewa dengan undangan khusus kepada Muhammad Fandy Sarjono, CEO IBU Foundation, sebagai Dosen Tamu.

Bertindak sebagai pemateri dalam Kuliah Pakar Praktikum yang digelar secara hybrid, Muhammad Fandy Sarjono membahas isu krusial dalam manajemen penanggulangan bencana, khususnya dalam penanganan korban berkebutuhan khusus. Kegiatan ini merupakan wujud kerja sama antara IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta dalam mengembangkan kapasitas mahasiswa untuk merespons isu-isu kemanusiaan yang semakin mendesak.

Materi yang Disampaikan yaitu “Penanganan Korban Bencana Berkebutuhan Khusus”:

  1. Pengertian dan Paradigma Disabilitas
    • Menjelaskan konsep disabilitas dan menggali paradigma baru untuk memahami kebutuhan khusus individu yang terdampak.
  2. Aksesibilitas dan Akomodasi yang Layak
    • Membahas pentingnya aksesibilitas dan akomodasi yang sesuai dalam situasi bencana, memastikan bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan bantuan.
  3. Konsep Dasar Inklusi
    • Menyampaikan konsep dasar inklusi sebagai landasan untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.
  4. Respon Pasca Bencana yang Inklusif
    • Menyoroti pentingnya respon pasca bencana yang memperhatikan keberagaman dan kebutuhan khusus masyarakat.

Komitmen antara IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta

Program Studi Manajemen Penanggulangan Bencana Politeknik Akbara Surakarta yang memiliki visi menjadi program studi bertaraf internasional di bidang manajemen penanggulangan bencana sangat sejalan dengan Visi dan Misi IBU Foundation sebagai organisasi kemanusiaan. Kami bersama-sama berkomitmen untuk:

  • Menyelenggarakan pendidikan atau pengembangan kapasitas terkait penanggulangan bencana baik melalui jalur formal atu non formal.
  • Memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan informasi dalam isu kemanusiaan baik dari sisi akademik dan praktik.
  • Bersama-sama menyuarakan penanggulangan bencana yang inklusif dan berpihak pada kelompok rentan atau berisiko.

Kerja sama antara IBU Foundation dan Politeknik Akbara Surakarta menjadi sinergi yang kuat dalam peningkatan kapasitas mahasiswa. Kuliah Pakar Praktikum kali ini memberikan wawasan mendalam tentang penanganan korban bencana berkebutuhan khusus, menguatkan tekad keduanya untuk mempersiapkan generasi muda yang kompeten, tangguh, dan berkarakter dalam menghadapi tantangan kemanusiaan dan manajemen penanggulangan bencana di Indonesia.

 

Pelatihan Child Friendly Space di UIN Gunung Djati Bandung

Pelatihan Child Friendly Space di UIN Gunung Djati Bandung

ER Volunteer Roster IBU Foundation kembali beraksi dalam meningkatkan kesiapsiagaan anak muda dengan menerima undangan untuk menjadi narasumber dalam pelatihan Child Friendly Space (CFS) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal 5 Februari 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh 36 peserta, terdiri dari IBU Foundation, panitia, dan peserta diklat Psychorescue.

Acara dibuka dengan sambutan dari Tim IBU Foundation yang memberikan gambaran menyeluruh tentang materi dan praktik CFS yang akan disampaikan dalam pelatihan. Mereka menekankan pentingnya menciptakan ruang aman dan ramah bagi anak-anak dalam situasi darurat.

Sesi pertama mengenalkan pengertian dan tujuan CFS melalui games puzzle kalimat yang interaktif dan diskusi kelompok. Suasana semakin hidup dengan partisipasi aktif peserta, yang mayoritas merupakan bakal calon anggota Psychorescue.

Setelah memahami konsep dasar CFS, peserta diajak menyelami lebih dalam mengenai perlindungan anak. Materi disajikan dengan metode dinamika kelompok, melibatkan peserta untuk memecahkan kasus nyata dan menyebarluaskan poster kode etik perilaku dalam berkegiatan dengan anak.

Puncak acara adalah sesi Rumah Kencana (Ruang Ramah Anak Pasca Bencana), yaitu panduan yang diusung oleh IBU Foundation dalam menciptakan dukungan kesehatan mental dan psikososial serta perlindungan anak dalam situasi bencana. Dalam suasana akrab dan penuh semangat, peserta mendiskusikan ide-ide kreatif dalam membuat kegiatan berdasarkan 7 aspek Rumah Kencana untuk menghadirkan keamanan bagi anak-anak dalam situasi bencana.

Respon positif terlihat dari antusiasme peserta, serta feedback yang baik dari panitia diklat Psychorescue. IBU Foundation berhasil memberikan pemahaman dan keterampilan kepada peserta dalam menciptakan ruang ramah anak di situasi bencana.

Facilitator memberikan tugas kepada peserta untuk mengidentifikasi kegiatan bersama anak yang sesuai dengan konsep Rumah Kencana IBU Foundation, sebagai bentuk nyata implementasi dari pelatihan ini.

IBU Foundation berkomitmen untuk melibatkan masyarakat termasuk anak dan anak muda dalam menjaga dan menciptakan kesejahteraan anak di situasi bencana. Kita berharap bahwa anak-anak dapat merasakan dampak positif dari upaya bersama dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan aman.

Empowered Youth Program

Empowered Youth Program

Apa itu Empowered Youth?

Program ini merespons tantangan yang dihadapi siswa Sekolah Menengah Atas di kota Bandung melalui pendekatan terstruktur dan menyeluruh.

Fokus pada pelatihan ketahanan kesehatan mental dan pengembangan soft skill, program ini bertujuan membekali siswa dengan bekal untuk sukses dalam perjalanan akademis dan karir masa depan.

 

Apa sih tujuan program yang akan didapatkan?

  1. Peningkatan Keterampilan dan Pengetahuan: Program ini menawarkan kurikulum terstruktur yang dirancang untuk memperdalam pemahaman kamu dalam berbagai keterampilan kunci dan pengetahuan esensial.
  2. Mendapatkan akses langsung ke para mentor dan trainer yang berpengalaman dalam bidang mereka masing-masing. Mereka tidak hanya membimbing, tetapi juga memberikan wawasan berharga dan nasihat yang dapat membentuk perjalanan kariermu.
  3. Jaringan dan Hubungan Profesional: Program ini membuka pintu untuk membangun jaringan dengan para profesional dan teman sejawat. Dapatkan wawasan berharga, peluang kolaborasi, dan persahabatan baru yang bisa mendukung perjalananmu.
  4. Kesempatan Magang di Jejaring: Sebagai peserta program, kamu akan memiliki peluang eksklusif untuk magang di perusahaan atau organisasi mitra. Ini adalah kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan baru dan memperluas pengalaman kerjamu.
  5. Sertifikat : Setelah menyelesaikan program, dapatkan sertifikat yang akan meningkatkan portofolio pendidikan dan kariermu.

 

Metode programnya akan seperti apa? 

  • Pelatihan Virtual:  Serangkaian sesi virtual interaktif, menarik, dan dipandu oleh fasilitator berpengalaman.
  • Program Mentorship: Menghubungkan siswa dengan mentor yang ahli dalam berbagai softskill.
  • Kesempatan Magang: Berkesempatan memiliki pengalaman langsung untuk mengaplikasikan softskill dalam  dunia nyata.
  • Summer Camp : menjadi puncak program, menyajikan pengalaman langsung dan mendalam bagi peserta. Peremuan tatap muka yang penuh semangat, siswa akan mengikuti serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan meluaskan soft skill  mereka.

 

Kriteria atau Syarat:

  1. Laki-laki atau perempuan dengan usia maksimal 17 tahun dan sedang berada di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung Kelas X atau XI. 
  2. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir, dengan durasi program selama 5 bulan.
  3.  Berkomitmen penuh untuk mendedikasikan diri dalam seluruh aspek kegiatan program.
  4. Siap menghadapi tantangan dan perubahan yang mungkin terjadi di lapangan selama masa pengembangan.
  5. Memiliki kreativitas, inovasi, dan kemampuan pemecahan masalah dalam bekerja sebagai tim. 
  6. Bertanggung jawab terhadap tugas dan tanggung jawab yang diberikan. 
  7. Bersedia aktif berdiskusi mengenai program kerja dan memberikan kontribusi positif dalam forum diskusi. 
  8. Berperilaku baik dalam berkomunikasi dan menjalankan tugas. 
  9. Memiliki sosial media aktif.
  10. Mendapatkan izin orangtua untuk mengikuti kegiatan. 

Proses Kegiatan Empowered Youth

Mekanisme Pendaftaran

  1. Calon peserta mengisi formulir: https://bit.ly/EmpoweredYouth2024
  2. Calon peserta mengupload persyaratan  (CV, Motivation Letter, nilai rapor terakhir, surat izin orang tua)
    Link: https://bit.ly/downloadRegistEY

Unduh Twibbon di https://bit.ly/downloadRegistEY dan upload di akun Instagram pribadi. Sertakan caption yang telah ditentukan dalam guideline 

Ketentuan Upload : 

Buat posting dengan 2 slide: pertama Twibbon dan kedua Poster Program. Tag Instagram (@empowered. youthid, @ibufoundation, @Alumniatschool) dan 5 teman Anda.

 

Caption : 

“Saya……siap untuk bertumbuh dan berproses untuk meningkatkan kapasitas diri  bersama Empowered Youth “. #PelatihanKapasitas #empoweredyouth #ibufoundation #alumniatschool #SelfImprovementJourney

 

Point Lebih Lanjut :

Informasi lebih lanjut terkait peserta yang lolos seleksi administrasi akan diinformasikan melalui sosial media @empowered.youthid atau email masing-masing siswa. 

 

Contact Person : 

Adinda / 089524006004

Silvi / 0811235729

Rapid Need Assessment Sumedang Earthquake

Rapid Need Assessment Sumedang Earthquake

Pada Minggu, 31 Desember 2023, pukul 20:34:24 WIB, masyarakat Kabupaten Sumedang dikejutkan guncangan gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,8 dengan kedalaman 5 km. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa terletak di darat dengan koordinat 107,94 BT dan 6,85 LS, berjarak sekitar 1,5 km timur Kota Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

Dalam merespon kejadian ini, Yayasan IBU mengirimkan tim asesmen ke Kota Sumedang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan masyarakat, khususnya terkait kebutuhan ibu dan anak, dalam situasi bencana ini. Hasil asesmen ini akan menjadi dasar untuk menentukan respons selanjutnya yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder, wawancara langsung, dan observasi yang dilakukan dalam Rapid Need Assessment, data sekunder memberikan konteks luas dan mendukung temuan dari metode lainnya, sementara wawancara langsung memberikan wawasan langsung tentang kebutuhan mendesak dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat. Observasi lapangan menjadi kunci untuk memahami dampak fisik dan respons komunitas secara langsung.

Data terbaru yang dikumpulkan Pemerintah Kabupaten Sumedang per 4 Januari 2023, dampak gempa bumi yang menguncang Sumedang telah merusak 1.325 bangunan di 12 kecamatan diantaranya 1.019 rusak ringan, 176 rusak sedang dan 130 rusak berat. Masyarakat terdampak diantaranya 10 orang mengalami luka-luka diantaranya 9 luka ringan, 1 luka berat, dan tidak ada korban meninggal atau hilang. Sampai hari keempat ini tercatat ada sebanyak 1.603 jiwa mengungsi di 10 titik pengungsian. Tercatat di 4 kecamatan terdapat 505 KK, 1,603 Jiwa yang mengungsi. Terdapat 1 titik pengungsian terbesar ada di Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Selatan dan 9 lainnya tersebar dibeberapa wilayah. Setidaknya terdapat 3 Kecamatan yang paling terdampak dan menjadi pusat pengungsian yaitu Kecamatan Sumedang Selatan, Kecamatan Cimalaka, dan Kecamatan Sumedang Utara.

Asesmen dilakukan kepada masyarakat paling berisiko yang terdampak gempa bumi di setiap wilayah yang paling terdampak. Berikut jumlah pengungsi di 3 wilayah yang dikunjungi, yaitu Kota Kaler, Kp Babakan Hurip, Cimuja, dan Cipameungpeuk.

Berdasarkan dari hasil RNA, beberapa temuan kunci telah berhasil di identifikasi. Hal ini berisi tentang gap kebutuhan pengungsi dan beberapa catatan yang melatarbelakangi gap tersebut:

  • Dukungan psikososial yang telah diberikan kepada penyintas di beberapa posko belum dilakukan secara terpadu. Hal ini karena adanya pergantian relawan di satu posko dan durasi waktu yang terbatas.
  • Sebagai pengalaman pertama masyarakat Kabupaten Sumedang dilanda gempa bumi, sebagian besar dari mereka masih tidak tahu bagaimana tindakan yang perlu dilakukan saat terjadi gempa termasuk anak-anak. Hal ini ditambah adanya beberapa gempa susulan yang terjadi di Sumedang membuat sebagian masyarakat merasa panik dan cemas. Tidak seperti informasi tentang sesar lembang yang sudah tersebar masif, penyebab gempa Sumedang juga masih dalam proses identifikasi oleh para ahli. Dengan demikian, masih banyak masyarakat Kabupaten Sumedang yang tidak menyadari bahwa ada ancaman gempa bumi di wilayah mereka sebelumnya.
  • Penanganan bencana gempa bumi di Sumedang di nilai masih belum inklusif. Hal ini dilihat dari tidak adanya data pilah, adanya beberapa kelompok rentan/berisiko yang tidak mendapatkan akses kebutuhan dasar dengan baik dan tidak mendapatkan akomodasi layak ketika mereka berada di pengungsian. Hal ini disebabkan adanya gap kapasitas dari aktor kemanusiaan di Kabupaten Sumedang terkait penanggulangan bencana yang inklusif. Selain itu juga sampai saat ini belum teridentifikasi kelompok disabilitas yang terlibat dalam respon kemanusiaan ini.
“Rumah Kencana” Sebuah Landasan Fasilitator dalam Penyelenggaran MHPSS: Proses Penelitian Pasca-Gempa Bumi Cianjur

“Rumah Kencana” Sebuah Landasan Fasilitator dalam Penyelenggaran MHPSS: Proses Penelitian Pasca-Gempa Bumi Cianjur

Gempa bumi tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga dampak signifikan pada kesejahteraan psikologis masyarakat. IBU Foundation menjadi salah satu LSM yang merespon pumulihan Masyarakat terdampak melalui program kegiatan MHPSS (Mental Health and Psychosocial Support). Berdasarkan panduan yang di kembangkan oleh IBU Foundation sejak 2018 yaitu RUMAH KENCANA (Ruang Ramah Anak Pasca Bencana) dengan 7 aspek layanan dukungan psikososial yaitu: Membangun Rasa Aman dalam Kelompok, Membangun Rasa Mampu Diri, Mengetahui Penyebab Bencana, Merasa Eksplorasi, Membangun Regulasi Emosi, Membangun Kemandirian (peduli diri), dan Ketahui Makanan Sehat. Panduan “Rumah Kencana” menjadi landasan tim IBU Foundation dalam memberikan pelayanan kepada para penyintas pasca gempa bumi 5,6 Magnitudo di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada 21 November 2022.

IBU Foundation melakukan penelitian kualitatif bekerja sama dengan Fakultas Psikologi UNPAD terkait evaluasi penggunaan panduan “RUMAH KENCANA” pasca pelaksanaan pelayanan kegiatan MHPSS di wilayah terdampak gempa bumi Cianjur, Jawa Barat. Tujuan dari program ini adalah untuk mengevaluasi dan mengembangkan panduan “Rumah Kencana”.

Proses penelitian melibatkan serangkaian langkah yang cermat dan terencana. Kegiatan ini melibatkan penyusunan laporan penelitian, pengumpulan data melalui metode FGD, dan wawancara bersama perwakilan masyarakat, key person, stakeholder pemerintah, serta penyedia layanan MHPSS dari NGO lain. Selain itu, dilakukan studi literatur untuk melengkapi penelitian. Pada akhir rangkaian program penelitian, dilakukan diseminasi mengenai hasil penelitian serta sosialisasi panduan “Rumah Kencana” yang telah dikembangkan.

Pada proses pengambilan data penelitian, program pelayanan MHPSS yang dilakukan oleh IBU Foundation dirasa mudah diterima dan bermanfaat oleh masyarakat. Dampak yang dirasakan oleh penerima layanan MHPSS yaitu menunjukkan adanya kemampuan untuk lebih kuat di Masyarakat. Salah satu narasumber yang tidak menerima layanan MHPSS menyatakan masih merasa takut dan sulit fokus dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Namun para penyintas yang tidak mendapatkan layanan MHPSS langsung dari IBU Foundation akhirnya telah mendapat informasi dan teknik menenangkan diri dari Peer Support yang telah dilatih oleh IBU Foundation.

Mengurangi Stress : “Rasanya melegakan dari kita karena semua orang stress, jadi kita merasa terhibur dan tenang, walaupun sedih kalau dalam keadaan seperti itu, banyak yang melindungi kita.” Ungkap Peserta 53, Penerima Manfaat.

Memperkuat konektivitas antar sesama penyintas : “Bagusnya karena kita punya teman untuk berbagi cerita, dan mendengar pengalaman dari orang lain juga menyenangkan. Jadi, kita tidak bosan kalau berkumpul dengan banyak orang yang seperti itu.” Ungkap Peserta 66, Penerima Manfaat

Meningkatkan dukungan emosional : “Nyaman, bahkan ibu-ibu pun senang dan bersyukur masih ada yang peduli dari Yayasan, meski mengaku tidak bisa memberikan apa-apa. Kami sudah menerima sebanyak ini, dan itu sudah merupakan berkah. Mereka sangat peduli terhadap kami dan terus memberikan kenyamanan.” Ungkap Peserta 73, Penerima Manfaat.

Mengurangi beban yang dirasakan : “Nyaman, sangat nyaman. Jadi kami bisa bersosialisasi dan bertukar pikiran. Setelah tim IBU Foundation datang kesini, alhamdulillah. Sehingga wawasan bertambah. Yang belum pernah dihafal sebelumnya” Ungkap Peserta 66, Penerima Manfaat

Panduan Rumah Kencana berfungsi sebagai landasan fasilitator dalam memberikan dukungan psikososial dan layanan kesehatan mental. Secara komprehensif mencakup pendekatan psikoedukasi, konseling pribadi, terapi kelompok, dan psikososial kegiatan. Rumah Kencana telah dibuat dengan cermat berdasarkan pengalaman dan temuan di lapangan. Panduan ini membantu individu dalam menghadapi stres dan tantangan mental lainnya yang muncul setelah bencana, sekaligus membina ketahanan mental yang kuat dan sosial-sistem ekologi bagi penyintas.

Hasil penelitian telah dipresentasikan dan disosialisasikan didihadiri oleh perwakilan Instansi pemerintah di tingkat kabupaten antara lain: Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. , Badan Riset dan Inovasi, Sekretariat Daerah, Palang Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, perwakilan 5 desa binaan, dan perwakilan Kecamatan Cugenang. Selain itu berpartisipasi juga perwakilan LSM yang berpartisipasi baik secara offline maupun online: Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Barat, Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Jawa Barat, Kun Humanity, Save The Children (STC), CBM Global, YEU, dan Kesehatan Jiwa Indonesia (KMI).

Pembaharuan dan pengembangan Panduan Rumah Kencana ini adalah sebagai Upaya IBU Foundation  berkomitmen untuk memberikan layanan untuk mengakomodasi kebutuhan para penyintas bencana, menciptakan ruang yang aman untuk penyembuhan dan pemulihan, khususnya bagi anak-anak dan lingkungan pendukungnya. Panduan Rumah Kencana akan terus  berkembang dan beradaptasi mengikuti kebutuhan para penyintas dengan standar layanan kemanusiaan secara luas. Panduan Rumah Kencana mewakili semangat dan komitmen IBU Foundation untuk mendukung kesejahteraan mental dan psikososial dalam konteks bencana.

IBU Foundation mengucapkan terima kasih kepada mitra, relawan, dan individu yang telah mendukung misi kami. Jika Anda ingin berkontribusi atau mencari informasi lebih lanjut, silakan kunjungi website kami di www.ibufoundation.or.id atau hubungi kami melalui media sosial kami @ibufoundation.

Annual Partnership Conference 2023

Annual Partnership Conference 2023

Sebagai salah satu mitra dari Save the Children Indonesia sejak lama, IBU Foundation terlibat aktif dalam kegiatan Konferensi Kemitraan Tahunan dan Penguatan Kapasitas Organisasi pada tanggal 12-15 Desember 2023 di Hotel Aloft South Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh Muhammad Fandy Sarjono (CEO of IBU Foundation) dan Ari Hadyan Mustamsik (Finance Manager of IBU Foundation).

Save the Children Indonesia (SCIDN) sejak tahun 2020 mulai mengembangkan kemitraan di berbagai lini program; baik untuk pelaksanaan program, pengembangan jaringan dan aliansi, maupun untuk tujuan strategis lainnya. SCIDN ke depan akan membangun kemitraan yang lebih kuat dengan berbagai pihak seperti: pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, kelompok profesional, LSM/Organisasi Masyarakat Sipil, Organisasi Berbasis Masyarakat, media, termasuk Kelompok Anak dan Remaja. Kemitraan ini bertujuan untuk menyatukan kekuatan dalam mewujudkan perubahan yang berkelanjutan bagi anak-anak di Indonesia. Pada tahun 2022, mitra-mitra SCIDN mengimplementasikan lebih dari 24% dari portfolio anggaran program.

Konferensi kemitraan tahunan dan penguatan kapasitas organisasi ini telah menjadi wadah untuk mempertemukan perwakilan dari berbagai mitra (baik mitra pelaksana maupun mitra strategis), perwakilan Pemerintah Indonesia, sektor swasta, masyarakat sipil termasuk anggota kelompok anak-anak & pemuda yang terlibat dalam kemitraan, akademisi, dan media, untuk berbagi praktik dan pengalaman kemitraan antar mitra di seluruh negeri dan untuk memperkuat peran lembaga yang aktif bekerja untuk memperkuat agenda pelokalan di Indonesia.

Saat ini, SCIDN telah bekerja sama dengan lebih dari 60 organisasi mitra di tingkat lokal/regional; dan sebagian besar adalah LSM/Organisasi Masyarakat Sipil yang bertindak sebagai mitra pelaksana program dimana sebagian besar keterlibatan mereka adalah keterlibatan jangka pendek untuk tanggap darurat kemanusiaan. Selain itu, Children and Youth Advisory Networks (CYAN) telah dibentuk di 9 provinsi di Indonesia. Namun demikian,  SCIDN menyadari bahwa jaringan kemitraan/aliansi atau kemitraan strategis belum dimanfaatkan untuk tujuan program pembangunan dan kesiapsiagaan tanggap darurat kemanusiaan. Oleh karena itu, penting untuk membangun kemitraan yang tidak hanya terfokus pada mitra pelaksana program, namun juga mampu melibatkan dan menggerakkan seluruh ekosistem untuk pemenuhan hak-hak anak.

START Networks – Seven Dimensions of Localisation

SCIDN baru-baru ini telah menyelesaikan Rencana Strategis tiga tahun di mana kemitraan disorot sebagai salah satu faktor pendukung utama untuk mengatasi tantangan lokal dan pemanfaatan potensi masa depan secara optimal untuk berkontribusi dalam mencapai masa depan yang aman bagi anak-anak, RPJMN, SDGs, serta visi dan misi SCI. Selain itu, SCIDN yang bertujuan untuk memperkuat pendekatan kemitraan, yang diambil dari Tawaran Besar Sektor Kemanusiaan, START Network membagi Pelokalan ke dalam tujuh dimensi utama:

  1. Pendanaan
  2. Kemitraan
  3. Kapasitas
  4. Revolusi Partisipasi
  5. Mekanisme Koordinasi
  6. Visibilitas
  7. Pengaruh Kebijakan

Untuk konferensi tahun 2023 ini, SCIDN bekerja sama dengan Lokanusa; sebuah forum yang digagas untuk mengumpulkan ide, gagasan, konsep, dan cerita terkait praktik-praktik pelokalan di Indonesia. Hingga September 2023, Lokanusa telah menyelenggarakan 6 seri diskusi dengan tema-tema antara lain: model-model pelokalan bantuan kemanusiaan di Indonesia, tawar-menawar besar dan pentingnya pengetahuan lokal untuk aksi kemanusiaan di Indonesia, pengukuran kinerja pelokalan dalam konteks Indonesia, pelopor pelokalan di Indonesia, kesetaraan kemitraan dalam perspektif pelokalan, dan kebijakan pengelolaan dana aksi kemanusiaan dalam konteks Indonesia. Sebagai sebuah forum yang fokus pada penyebaran konsep lokalisasi, SCIDN telah berkolaborasi dengan Lokanusa untuk memperkuat ekosistem lokalisasi di Indonesia, dengan menggabungkan pengalaman yang dibawa oleh Save the Children dan praktik-praktik membumi dari Lokanusa dalam memajukan lokalisasi di Indonesia. 

Pada konferensi ini, Muhammad Fandy Sarjono sebagai CEO IBU Foundation bersama dengan Shilvia Marliani sebagai Ketua Youth Advisory Council (YAC) melalui sesi talkshow juga berbagi praktik baik, pembelajaran, dan tantangan yang didapatkan dalam Pelokalan pada Program Skill to Succeed (StoS) / Program Kesiapan Kerja bagi Orang Muda dengan Disabilitas. Fandy menyampaikan setidaknya ada 2 hal:

  1. Tantangan dalam upaya menghilangkan faktor penghambat: Stigma dan diskriminasi
    “Tidak sedikit pelaku usaha atau penyedia lapangan pekerjaan yang masih memiliki stigma terhadap difabel. Maka, tugas kami adalah turut memastikan bahwa orang muda dengan disabilitas difasilitasi untuk mendapatkan berbagai pelatihan baik soft skill dan hardskill. Salah satunya kami bekerjasama dengan BKK. Hal ini dilakukan untuk mendorong kesadaran penyedia lapangan pekerjaan terhadap kapasitas orang muda dengan disabilitas. Akhirnya, setelah mereka memiliki kapasitas, beberapa dari perusahaan/penyedia lapangan pekerjaan sudah terbuka untuk menerima orang muda dengan disabilitas untuk magang atau bekerja. Setidaknya ada 31 orang muda dengan disabilitas di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi yang telah magang berbayar dan ada lebih dari 19 perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan bagi orang muda dengan disabilitas.”

    Aksesibilitas
    “Kalau kita berbicara tentang aksesibilitas, itu tidak hanya tentang fisik dan infrastruktur namun juga akses terhadap informasi, akses untuk komunikasi, dan akses untuk mengambil keputusan. Pada hal ini YAC sangat berperan penting. Melalui YAC mereka bisa saling berbagi informasi misalkan dalam lowongan pekerjaan, mereka bisa saling mengajak teman-teman yang lain untuk ikut berkegiatan, dan suara mereka bisa lebih kuat dan didengar dalam kegiatan kampanye atau advokasi.”

    Terbatasnya sumber daya
    “Ketika kita berbicara tentang hal ini erat kaitannya dengan penyediaan akomodasi yang layak. Kita juga perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dari setiap individu orang muda dengan disabilitas sesuai dengan masing-masing hambatan. Sebagai contoh paling gampang adalah teman tuli membutuhkan JBI (Juru Bahasa Isyarat) dan teman Netra beberapa membutuhkan pendamping. Maka dari itu, sebagai organisasi kami perlu memastikan bahwa dalam perencanaan program hal ini perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh lain adalah dalam proses magang, tidak semua perusahaan/pelaku usaha mengalokasikan dananya untuk setidaknya transportasi dan konsumsi. Untuk itu, di awal kami meng-cover itu semua, namun ternyata lama-kelamaan perusahaan bersedia untuk mengalokasikan dananya untuk akomodasi peserta magang. 

  2. Tantangan dalam mendukung partisipasi bermakna dan pemberdayaan: Pelibatan di setiap proses
    “Saya lebih setuju bahwa istilah penerima manfaat (beneficiaries) menjadi peserta program. Kalau ada penerima brarti ada pemberi maka ada penerima manfaat serta ada pemberi manfaat. Ini artinya ada relasi kuasa, ada yang di atas dan ada yang di bawah. Sedangkan sebetulnya orang muda dengan disabilitas memiliki kapasitas untuk terlibat dalam semua proses, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi “nothing about us without us”. Dalam praktik kami, ini dilakukan dengan kontribusi aktif dari SLB. Koordinasi yang intens dengan mereka, monitoring secara rutin dan lain-lain.”

    Pengembangan Kapasitas
    “Ternyata masih banyak sekali kebutuhan pelatihan bagi orang muda dengan disabilitas dalam hal kesiapan kerja. Dari banyaknya kebutuhan, tetap kami perlu membuat skala prioritas. Pelatihan ini dilakukan tidak hanya untuk orang muda dengan disabilitas tapi juga kepada guru dan orang tua. Mereka mengikuti pelatihan softskill dan hardskill serta komunikasi untuk meningatkan kemampuan dalam berpartisipasi yang bermakna.”

    Kolaborasi dan kemitraan
    “Membangun kemitraan dengan pemerintah, sektor swasta (IDUKA), dan sekolah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Pemerintah dapat mendukung dalam upaya pembaharuan kebijakan yang berpihak pada anak termasuk orang muda dengan disabilitas, kemudian IDUKA (Industri dan Dunia Kerja) dapat meningkatkan kesempatan dan peluang kerja bagi orang muda dengan disabilitas, dan sekolah dapat secara intens mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi para siswanya untuk mempersiapkan ke dalam dunia kerja.”

Sedangkan Shilvia juga menyampaikan beberapa pengalaman berharganya dalam mengelola YAC dan juga di dalam Program Skill to Succeed:

  1.  Pembelajaran dan praktik baik:
    “Saya mengikuti program Soft Skill/Kesiapan Kerja dari Yayasan IBU sejak tahun 2021. Saat itu saya kelas 2 SMA. Saya belajar kesiapan kerja. Saya belajar tentang bagaimana berkomunikasi yang baik, mengelola stress, mengenal diri sendiri, potensi diri. Kami juga belajar tentang bagaimana membuat CV, mengikuti proses wawancara kerja. Saya hanya ikut pelatihan. Hanya sebagai peserta. Tahun 2022, Yayasan IBU mulai mengajak saya menjadi pewawancara (Enumerator)  Survei kepada adik-adik Tuli di SLB lainnya. Dan kami juga mulai membentuk YAC bersama orang muda disabilitas lainnya, dan mulai sering berdiskusi tentang bagaimana orang muda disabilitas mendapatkan kesempatan kerja.  Kami menjadi teman diskusi IBU tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, tempat kegiatan dan topik advokasi.  Kami terlibat sebagai panitia acara Job Fair, membantu perusahan menjelaskan  informasi kepada teman disabilitas. Untuk advokasi, kami memilih tema utamanya adalah bagaimana perusahaan memberi kesempatan pada disabilitas untuk bekerja. Bagi saya, keterlibatan dalam program ini membuat saya memiliki harapan lebih besar. Saya melihat teman-teman tuli dulu susah mendapat pekerjaan, sekarang sudah semakin banyak. Program yang saya ikuti ini benar-benar untuk kebutuhan disabilitas karena disabilitas ingin mandiri, untuk masa depan dan berkontribusi bagi negara.”
  2. Tantangan:
    “Masih banyak Perusahaan yang belum memberi kepercayaan pada disabilitas untuk bekerja. Jadi harus terus di cari solusinya.”
  3. Saran/Rekomendasi:
    “Lebih banyak mengajak disabilitas berdiskusi dan mencari solusi bersama. Sebagai ketua YAC saya juga akan mencari tahu, menampung informasi dan membagikan informasi apapun  dari teman-teman disabilitas lainnya. Ada teman yang mencari pekerjaan, dan Ketika ada informasi lowongan, kami YAC saling bebagi informasi.”
Workshop Objectives and Indicative Agendas:

Selain kegiatan Proposal Writing dan Finance Training, Konferensi Kemitraan Tahunan ini memiliki lima tema dengan agenda dan hasil yang spesifik:

  1. Dimensi Pelokalan dalam Konteks Indonesia: SCIDN memiliki 7 dimensi untuk mengukur implementasi pelokalan. Terlepas dari 7 dimensi ini, penting untuk mengetahui apakah ada dimensi lain yang dapat dieksplorasi untuk memperkuat pelokalan.
  2. Strategi Penguatan Kapasitas Organisasi Lokal: Salah satu tujuan pelokalan adalah pergeseran kekuasaan. Artinya, setiap CSOs lokal harus memiliki kapasitas yang baik sebagai sebuah organisasi. Berbagi kapasitas adalah salah satu cara untuk memperkuat pelokalan, terutama bagi CSOs lokal. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan strategi untuk mengimplementasikan pembagian kapasitas yang efektif bagi CSOs lokal.
  3. Pelajaran yang Dipetik dari Pelokalan: Saat ini, pelokalan telah diimplementasikan di banyak proyek oleh CSO lokal dan aliansi global. Penting untuk mengetahui praktik terbaik dari CSO lokal dan aliansi global sebagai contoh bagi para peserta.
  4. Pemeriksaan kesehatan hubungan mitra, tujuh dimensi SCIDN dari tahap Pelokalan saat ini, dan langkah ke depan: Tema ini akan menjelaskan refleksi atas praktik kemitraan saat ini melalui lensa pendekatan kemitraan, kebijakan SCI dan SCIDN, serta visi untuk mencapai masa depan yang lebih baik bagi anak-anak di Indonesia.
  5. Isu-isu strategis dalam CSOs lokal: Tema ini akan membantu peserta mengidentifikasi isu-isu strategis di wilayah mitra.

Ada juga Ignite Stage dengan beberapa tema:

  1. Strategi untuk Mendorong Partisipasi Anak yang lebih Bermakna dalam Desain Program Pembangunan dan Kemanusiaan dalam Konteks Pelokalan.
  2. Krisis Iklim: Aksi Antisipatif dalam Penanggulangan Bencana.
  3. Pentahelix dan Strategi Membangun Ketangguhan Daerah.
  4. Restorasi Ekomomi Lokal untuk Ketangguhan.
  5. Dampak Tahun Politik bagi Civil Society Organisation (CSO).
  6. Penggunaan Teknologi Digital sebagai Ruang Keterlibatan Anak Muda dalam Konteks Nexus Pembangunan, Krisi Kemanusiaan dan Konflik.
Methodology & Participants:

Annual Partnership Conference ini menggunakan metodologi yang beragam untuk memfasilitasi pertukaran ide dan informasi antara para peserta. Pertama, speaker presentations memberikan platform untuk ahli dan praktisi berbagi wawasan mendalam mereka tentang topik terkini dan relevan. Kemudian, open forum discussion memberikan kesempatan kepada peserta untuk berpartisipasi aktif, mengajukan pertanyaan, dan berbagi pengalaman. Panel Discussion melibatkan mitra-mitra regional SCIDN dalam percakapan terfokus untuk mendiskusikan isu-isu kunci. Terakhir, group presentations memungkinkan kelompok peserta untuk menyajikan hasil diskusi atau pekerjaan bersama, mendorong kolaborasi dan pemahaman yang lebih mendalam. Metodologi ini digunakan untuk menciptakan lingkungan konferensi yang dinamis, interaktif, dan mendukung pertukaran pengetahuan yang efektif. 

Kegiatan ini dihadiri oleh mitra-mitra SCIDN diantaranya adalah:

  1. Executive Director, Head of Programme and Head of Finance from partner organisations.
  2. High level policy makers from government and private sectors.
  3. Academia, Media, Civil Society including Children & Youth Group.
  4. Senior Management Team, Boards, Head of Department/Functions, and other members of Save the Children Indonesia.
  5. Technical Experts (Advisers) from Save the Children Indonesia.
  6. Technical Experts from external.
  7. Local CSO and Global Alliance.

IBU Foundation berkomitmen terhadap kemitraan dengan Save the Children Indonesia melalui program-program melalui 7 Dimensi Pelokalan. Kami tidak hanya berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis, tetapi juga untuk terlibat secara aktif dalam inisiatif-inisiatif lokal secara strategis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anak-anak di Indonesia. IBU Foundation dan Save the Children Indonesia berharap dapat memberikan dampak positif yang lebih besar dan berkelanjutan bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang berada dalam situasi yang rentan dan atau berisiko. Kemitraan ini mencerminkan tekad bersama untuk menciptakan perubahan yang signifikan dan memberikan harapan kepada generasi mendatang.


Penulis: Amanda Fauzia Pratiwi (Publication Officer)

Merdeka dari Plastik oleh SMAN 3 Model Sigi

Merdeka dari Plastik oleh SMAN 3 Model Sigi

Tulisan dari: Tim Agent of Change SMAN 3 Model Sigi

Hai teman-teman, kenalkan kami tim agent of change SMA Negeri 3 Model Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kali ini kami akan bahas sedikit pengalaman kami mengenai pengurangan penggunaan sampah plastik. Gimana sih caranya? Oke, kami akan bahas ya.

Sebelumnya kami ingin menjelaskan sebenarnya sampah plastik itu apa sih? Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah organik yang lama terurai, ada yang membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun dan bahkan ada yang sama sekali tidak dapat terurai seperti styrofoam.

Sampah plastik yang lama terurai ini punya dampak negatif loh terhadap bumi, loh kok bisa? Ya bisa karena sampah plastik dapat berpengaruh buruk terhadap ekosistem baik di laut maupun di tanah, mencemari lingkungan dan dapat menyebabkan penyakit. Jadi kalau kita menggunakan sampah plastik terlalu berlebihan bisa dibayangin dong bagaimana keadaan bumi kedepannya.

Nah untuk mengatasi masalah ini kita harus membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sejak dini. Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik di antaranya:

Membawa tumbler setiap bepergian dan mengganti tas plastik dengan tas berbahan dasar kain

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Membuang sampah pada tempatnya

Belajar mendaur ulang sampah menjadi hal yang lebih bermanfaat

Nah teman-teman, kami pernah mendaur ulang sampah plastik di sekolah kami, salah satunya pembuatan baju dari sampah plastik dan yang paling membanggakan itu kita dapat juara 2 tingkat provinsi dalam kegiatan pramuka Scout Brothers Camp 2020.

Membanggakan banget kan? Tapi di sekolah kami bukan hanya itu loh produk daur ulang sampahnya, tapi sudah banyak banget. Apalagi sekolah kami itu salah satu sekolah adiwiyata tingkat nasional.

Baju dan aksesoris berbahan dasar plastik dan botol air mineral bekas

Produk daur ulang sampah berbahan dasar kemasan air mineral dan ban bekas

Benda hias berbahan dasar plastik kresek

Awal mula kami mendaur ulang sampah yaitu di sekitar sekolah dan tempat tinggal yang memang belum tertangani dengan baik. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya seperti di sungai, selokan, dan tempat-tempat umum.

Hal itu membuat kami selaku siswa merasa prihatin dan kurang nyaman. Akhirnya timbulah keinginan untuk mengurangi sampah plastik dengan cara mendaur ulang sampah plastik menjadi hal yang bernilai ekonomi dan bermanfaat.

Jadi pesan dari kami untuk teman-teman semua, cintai lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan sampah plastik untuk hari esok yang lebih baik. Kalau bukan kita, siapa lagi? Ingat sampah bukan warisan anak cucu kita. Satu hal lagi, jika bepergian jangan lupa menggunakan masker, menjaga jarak, dan tetap mencuci tangan.

Aksi Nyentrik Pemuda Tani dengan Sampah Plastik

Aksi Nyentrik Pemuda Tani dengan Sampah Plastik

Cerita kiriman dari: Alvi Intan Nur Aisyah

“….Saya mengajak para pemuda dan anak-anak desa untuk ikut menyelamatkan desa dari sampah plastik dengan cara bertani di area rumah sekaligus memanfaatkan sampah plastik”

Sampah plastik yang dihasilkan dari limbah rumah tangga seperti sampah plastik kemasan makanan, minuman, minyak goreng, sabun cuci piring, dan lain sebagainya sudah menjadi masalah di Indonesia. Tumpukan sampah plastik yang mengganggu hingga mencemari tanah dan lingkungan sekitar sudah bukan menjadi pemandangan langka di beberapa daerah Indonesia, termasuk di Desa Karangmojo. Sampah plastik yang menggunung menjadi perhatian bagi salah satu warga desa tersebut bernama Alvi Intan Nur Aisyah. Warga yang akrab dipanggil Intan ini terpanggil untuk berbuat sesuatu atas kondisi sampah plastik. Aksi unik yang dipelopori kemudian diberi nama “Berani Bertani dengan Sampah Plastik.”

“Muda dan berpengaruh” adalah satu kalimat yang disematkan pada Intan yang memiliki aksi nyentrik dan unik di tengah maraknya polusi sampah yang disebabkan oleh plastik. Tepat di Desa Karangmojo, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Intan masih menjalani pendidikan di salah satu perguruan tinggi ini memiliki cara unik untuk menyelamatkan desanya dari polusi sampah plastik.

Berawal dari tugas kuliah yang mewajibkan menulis mengenai permasalahan kemasan plastik dan dampaknya bagi lingkungan, kemudian Intan memulai aksi dari ide “Berani Bertani dengan Sampah Plastik.” dengan menggandeng para pemuda dan anak-anak di desa untuk memulai dan mengembangkan aksinya.

“Pas Saya mencari referensi untuk tugas kuliah tentang kemasan plastik dan dampak lingkungannya, Saya membaca salah satu web, disitu dijelaskan yang intinya bahwa sampah plastik kemasan bermerek paling banyak ditemukan adalah kemasan makanan dan minuman sekali pakai. Sejak saat itu, Saya mulai mengamati desa dan ternyata memang sampah plastik kemasan masih banyak, tak termanfaatkan, dan merugikan tanah.”, tutur Intan

Intan mengawali aksi “Berani Bertani dengan Sampah Plastik” dengan cara memberi pengenalan kepada para pemuda dan anak-anak Desa Karangmojo mengenai bahaya sampah plastik yang tidak diolah dan dikelola dengan baik. Setelah itu, memberi contoh mengenai dasar-dasar bertani, seperti menyemai benih, media tanam, cara menanam, merawat hingga memanen tanaman yang ditanam. Intan menjelaskan semuanya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman-temannya.

Intan dengan rutin mengajak para pemuda dan anak desa untuk bertani di pekarangan atau area rumah. Kemudian mengedukasi mengenai jenis sampah plastik serta cara untuk memisahkan sampah plastik dengan sampah atau limbah lainnya. Seperti sampah kemasan makanan, minuman, wadah minyak goreng plastik, kemasan sabun pencuci piring, bekas kemasan air minum, karung beras berbahan plastik, hingga kemasan minuman tetra pack. Setelah sampah plastik terkumpul, kemudian dipilih dari jenis, ukuran, bentuk, ketebalan plastik, dan sebagainya sesuai kebutuhan.

Plastik yang telah dipilih kemudian akan dijadikan polybag untuk media tanam. Sampah plastik tersebut dilubangi dengan digunting bagian bawah untuk memberi aliran air pada tanaman yang disiram. Kemudian pada bagian atas dilipat agar plastik dapat berdiri tegak. Setelah itu, polybag dari sampah plastik ini diisi dengan media tanam yang siap pakai dan diberi bibit atau bibit siap pindah tanam.

Dalam aksinya, teman-teman di Desa Karangmojo sudah menanam beberapa jenis sayuran, seperti kangkung, sawi, kemangi, cabai, dan masih banyak lagi. Tak hanya sayuran, teman-teman juga menanam tanaman herbal seperti lidah buaya, bawang dayak, som jawa, binahong merah, dan lainnya.

Intan, para pemuda, dan anak-anak Desa Karangmojo berharap dengan “Berani Bertani dengan Sampah Plastik” dapat menjadi satu langkah kebaikan yang dapat menyelamatkan lingkungan dari polusi dan bahaya plastik. Setelah beberapa bulan beraksi, terbukti teman-teman bisa lebih peduli terhadap lingkungan dan hal baik ini tentu akan berpengaruh ke orang tuanya masing-masing.

Zig-Zag Susu Formula di Tengah Pandemi

Zig-Zag Susu Formula di Tengah Pandemi

Di tengah Pandemi COVID-19 yang mengharuskan masyarakat mengurangi aktivitas luar ruangan, beberapa produsen susu formula multinasional, mulai mengubah strategi pemasaran. Bureau of Investigative Journalism, sebuah organisasi media independen yang bermarkas di London, menemukan beberapa perusahaan ini mengubah cara beriklan selama pandemi. Perusahaan menggaet ibu-ibu untuk mempromosikan produk lewat media sosial. Pola ini diduga menabrak Kode Pemasaranan Susu Formula yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (Kode WHO).

“Perusahaan-perusahaan itu berpromosi secara bebas. Tetapi mereka tidak melanggar hukum karena tahu celahnya,” kata Ketua Asosiasi Ibu menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, pada pertengahan Juli lalu. Dia meyakini para produsen susu formula tersebut memanfaatkan celah pada protokol WHO. “Karena celah itu sangat besar, mereka secara tidak etis memanfaatkanya untuk promosi.”

Apa isi kode internasional WHO?

Kode WHO berisi susunan rekomendasi untuk membatasi marketing produk susu formula, botol bayi, dan dot yang agresif dan kurang pantas. Kode ini lahir pada tahun 1981.

Kode ini mengkampanyekan agar para ibu menyusui bayi mereka dan terus menyusui anak-anaknnya hingga setidaknya tiga tahun. Seorang ibu bisa mengganti ASI hanya saat butuh dan pengganti ASI (PASI). Tapi pengganti ASI tak boleh dipromosikan oleh produsen.

Kode ini mencakup beberapa produk PASI (Pengganti Air Susu Ibu) seperti susu formula bayi, susu formula lanjutan, dan susu balita di bawah umur 3 tahun.
Beberapa ketentuan lain yang terkandung dalam Kode WHO ini termasuk:
1.    Melarang iklan produk PASI dan bentuk promosi sejenisnya.
2. Produsen PASI beserta distributornya tidak diperkenankan menyajikan sampel produk mereka kepada perempuan mengandung, ibu-ibu, ataupun anggota keluarganya.
3.  WHO tidak memperkenankan produsen untuk berkomunikasi atau memberi saran secara langsung maupun tidak langsung kepada perempuan mengandung atau para ibu.

Kode WHO melarang produsen susu formula berhubungan dengan perempuan yang mengandung dan ibu-ibu, baik secara langsung maupun tidak. Nyatanya, selama pandemi berlangsung sebuah perusahaan susu formula mengadakan berbagai webinar nutrisi anak. Mereka juga menayangkan secara langsung acara berjudul ParentFest yang menghadirkan pembicara dari kalangan dokter anak dan influencer media sosial. Pembawa acara terlihat sering menampilkan produk susu formula.

Salah satu perusahaan susu asal Prancis, menurut laporan Bureau, melakukan hal serupa selama pembatasan sosial. Mereka menjajakan produk mereka dengan mengajak konsumen berinteraksi bersama psikolog anak dan spesialis nutrisi yang tampil di webinar, lewat WhatsApp dan Instagram.

WHO memperkenalkan kode etik internasional untuk mengatur cara pemasaran susu formula pada 1981. Aturan ini dibuat untuk membatasi strategi pemasaran perusahaan susu formla di negara berkembang yang membuat marah komunitas internasional kala itu. Pada Mei 2016, WHO mengeluarkan lagi resolusi yang menegaskan bahwa pemasaran susu formula tak boleh menyasar anak-anak di bawah umur 36 bulan.

Sekitar 70 persen negara anggota WHO mengimplementasikan aturan pemasaran susu formula tersebut, tapi belum sepenuhnya. Baru 25 negara yang telah menaati Kode WHO secara penuh dan memiliki regulasi yang sejalan dengan kode tersebut. Indonesia termasuk yang belum sepenuhnya taat.

Dalam laporan teranyar tentang marketing susu formula yang dirilis Mei lalu, WHO menyoroti tren pemasaran susu formula di media sosial. Para ahli kesehatan risau. Mereka khawatir pemasaran susu formula lewat media sosial akan mendorong para ibu untuk mengabaikan anjuran agar memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif bagi bayi selama enam bulan pertama, hingga dua tahun.

Perusahaan yang melakukan strategi marketing tersebut belum terbukti melanggar aturan apa pun. Meski demikian, menurut Bureau, ahli kesehatan publik berpendapat kampanye tersebut tidak sejalan dengan semangat imbauan WHO.

Para ahli kesehatan mengkhawatirkan kampanye yang gencar di media sosial akan mementahkan gerakan ASI eksklusif, dan mendorong para ibu menggunakan susu formula meski tidak mereka butuhkan. WHO merekomendasikan bayi mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan dilanjutkan hingga usia dua tahun.

Sebuah studi yang dilansir jurnal kesehatan The Lancet pada 2016 menyebutkan bahwa meningkatkan pemberian ASI dapat mencegah 820.000 kematian balita di dunia setiap tahun. Editorial jurnal tersebut pada tahun yang sama meminta iklan pengganti ASI di media sosial dihentikan. “Dari tembakau hingga gula dan susu formula, kelompok paling rentan yang akan menderita saat kepentingan komersial bertabrakan dengan kesehatan publik,” tulis Bureau mengutip laporan itu.

Menjawab pertanyaan Bureau mengenai dugaan pelanggaran Kode WHO, kepada 2 perusahaan produsen susu formula, mereka menegaskan dan menanggapi dengan serius setiap laporan dan kritik. Mereka juga mengatakan memiliki sistem yang terpercaya untuk mendorong orang melaporkan keluhan atas praktik marketing perusahaan.

Zig-zag produsen susu formula ini meluas berbarengan dengan tren berkurangnya pemberian ASI yang mengkhawatirkan. Sebuah survei kesehatan nasional oleh pemerintah Indonesia pada 2012 menemukan banyak anak berkenalan dengan susu formula jauh sebelum usia enam bulan. Padahal, enam bulan merupakan umur legal yang direkomendasikan untuk mulai mengkonsumsi susu formula.

Pada Februari 2016, Dewan eksekutif World Health Assembly pernah membahas secara serius ancaman peningkatan iklan susu formula daring. Mereka fokus pada beberapa taktik, seperti kelompok sosial online yang disponsori oleh industri formula serta iklan terarah melalui kanal digital Facebook dan blog.

Dewan eksekutif ini sudah mengajukan permohonan resmi kepada WHO agar merespon isu tersebut. Tapi belum sempat permohonan tersebut ditanggapi, pandemi virus corona datang.

Sebuah studi di tahun 2016 yang dirilis oleh konsultan kesehatan publik Independen Jakarta, Indonesia juga menyatakan bahwa 70 persen ibu mengandung dan ibu baru, telah terekspos materi promosi produk-produk pengganti ASI. Mereka kemungkinan besar akan menggunakan susu formula dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak terekspos iklan.

Data survei demografi dan kesehatan nasional yang dirilis Kementerian Kesehatan Indonesia di tahun 2017, menunjukkan hanya ada 38 persen ibu yang menyusui anaknya dengan ASI eksklusif dari lahir hingga usia enam bulan. Dalam lima tahun sejak 2012 persentase anak di bawah lima tahun yang belum pernah diberi ASI tumbuh dari 8 persen menjadi 12 persen.

Para ahli kini mendorong pemerintah-pemerintah untuk segera mengeluarkan aturan lebih ketat yang membatasi penjualan susu formula. “Tidak perlu ada perubahan Kode WHO. Negara dapat berinisiatif merespon perilaku ini dan mengatakan, baiklah, kami ingin memastikan ada regulasi yang mengatur hal tersebut (penjualan susu formula),” kata spesialis nutrisi WHO, Laurence Grummer-Strawn.

Tanpa aturan yang mengikat, beberapa ahli memprediksi produsen susu formula akan terus mengaburkan panduan WHO. “Kita harus punya kerangka regulasi untuk mencegah mereka mengeksploitasi dan memanipulasi publik,” kata ahli nutrisi UNICEF, David Clark.

 

Sumber:
the Bureau Investigative Journalism London
Tempo