Pos

Sphere Training of Trainers – Nepal

Sphere Training of Trainers – Nepal

“Ini adalah kali kedua Saya mengikuti ToT tentang Sphere, pertama pada tahun 2015 di Cipanas, Kota Bogor diselenggarakan oleh The Johanniter dan tahun ini yang kedua.”, tutur Sarce.

Direktur Eksekutif Yayasan IBU, Pramaningtyas Sarce Margareth (Sarce) mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Sphere Handbook 2018 ToT (Training of Trainer) di Grand Hotel Kathmandu, Nepal awal Februari lalu selama 5 hari. Penyelenggara pelatihan tersebut adalah DPNet-Nepal atau Disaster Preparedness Network- Nepal.

“Saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan ini kembali, karena selain merefresh pengetahuan, menambah jejaring itu sangat penting.”, imbuh Sarce.

Selama kurang lebih 5 tahun terakhir, hasil dari pelatihan Sphere tersebut oleh Sarce dikontribusikan untuk membangun mekanisme peningkatan kapasitas relawan Yayasan IBU sejak tahun 2015. Selain itu, standard-standard yang tercantum di dalam Sphere Handbook digunakan oleh Sarce untuk mengembangkan program-program sosial kemanusiaan yang diimplementasikan oleh Yayasan IBU.

“Ketika kita bergerak dalam aksi kemanusiaan, baik yang sudah berpengalaman selama bertahun-tahun atau mungkin baru di bidang tersebut, pengetahuan kita tentang sejarah aksi-aksi kemanusiaan dan perkembangannya saat ini mempengaruhi cara kita berkontribusi dalam bergerak. Selama mempelajari Sphere Handbook 2018, Saya merefleksikan tentang bagaimana kita merespons bencana selama kurun waktu 2 tahun terakhir di Indonesia bersama organisasi mitra. Saya berpikir bahwa koordinasi dan advokasi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan masyarakat terdampak bencana perlu kita tingkatkan.”, tambahnya.

Sarce menyatakan bahwa Yayasan IBU berencana untuk membuat sesi diskusi bersama para relawan IBU terkait Sphere Standards agar ke depan kontribusi teman-teman relawan dalam respon kemanusiaan dapat lebih optimal kualitasnya dan akuntabel. Tentu saja hal ini perlu kolaborasi dengan jejaring IBU baik dari pemerintah maupun non-pemerintah.

Tunggu tanggal mainnya, ya.

Pelatihan Child Friendly Space untuk Relawan di Kabupaten Bandung bersama Save The Children

Pelatihan Child Friendly Space untuk Relawan di Kabupaten Bandung bersama Save The Children

6. Child Friendly Space General Concept and Group Simulation on Assessment for stakeholder_800x450Hampir semua daerah di kabupaten Jawa Barat rawan terjadi bencana alam. Jenis bencana alam yang terjadi seperti banjir, gempa, erupsi gunung berapi, ataupun tanah longsor. Saat ini, Save the Children telah mendampingi di lebih dari lima kabupaten/kota di Jawa Barat. Salah satunya yaitu Kabupaten Bandung yang mengalami banjir secara berulang. Seperti yang kita ketahui dari kabar terakhir, penyebab banjir tersebut terjadi karena luapan sungai Citarum yang dipicu oleh hujan deras yang terjadi sejak Selasa (08/03/16) hingga Minggu (13/03/16). Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan sekitar 15 kecamatan yang terkena dampak banjir tersebut termasuk Dayeuhkolot, Baleendah dan Rancaekek, dengan kedalaman rendaman air yang bervariasi antara 80-300 cm. Sekitar 2.400 orang menderita dan 3.000 orang mengungsi ke tempat pengungsian terdekat.

Save the Children Jawa Barat telah melakukan assessment dan merespon penyintas di tempat pengungsian tertentu sejak minggu ke tiga bulan Maret 2016. Respon yang telah dilakukan adalah mendistribusikan sejumlah Hygiene kit dan mendirikan Child Friendly Space (CFS) di salah satu tempat pengungsian Kecamatan Dayeuhkolot. Dalam rangka meningkatkan kesiapan masyarakat dan relawan menghadapi kondisi bencana di Kabupaten Bandung, tim Save the Children bekerja sama dengan Yayasan IBU telah melaksanakan pelatihan bagi relawan dan kader masyarakat dari daerah dampingan Save the Children.

9. Work Group of Assesment_800x450Pelatihan ini dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 31 Maret sampai 1 April 2016 pukul 10.00 – 16.00 WIB bertempat di Hotel Lingga  jalan Soekarno Hatta no. 465, Batununggal Kota Bandung, Jawa Barat. Dihadiri oleh peserta yang terdiri dari staff BPBD, relawan PANTERA, Tagana, mahasiswa UNPAD, PKBM Saudara Sejiwa, IMAKS, POMA UNPAD, dan relawan dari IBU dengan jumlah total partisipan sebanyak 25 orang.

Hari pertama, sesi dimulai dengan pembukaan dan pembahasan regulasi Child Safeguarding dan perkenalan para peserta. Kemudian sesi dilanjutkan pada pemaparan konsep umum dalam Child Friendly Space, simulasi assessment kelompok terhadap pihak terkait/stakeholder, simulasi assessment kelompok terhadap anak, dan pemaparan dasar dalam pengelolaan Child Friendly Space. Sesi pelatihan hari pertama diakhiri dengan diskusi perkelompok mengenai perencanaan kegiatan dalam Child Friendly Space.

25. Group Simulation 3 _ CFS Activity for Children (13-18 years old)_800x600Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan simulasi berdasarkan hasil diskusi pada sesi hari pertama. Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan kategori rentang usia pada anak. Kelompok satu untuk anak usia 7-12 tahun, kelompok dua untuk anak usia 0-6 tahun, dan kelompok tiga untuk anak usia 13-18 tahun. Ketiga kelompok tersebut secara bergantian mensimulasikan hasil diskusinya. Proses simulasi berlangsung dengan metode diskusi, para peserta dari kelompok lain dipersilakan untuk memberi masukan maupun mengajukan pertanyaan secara terbuka.

Melalui metode pelatihan aktif-partisipatif dan pengalaman dalam tanggap bencana yang dimiliki oleh beberapa perwakilan institusi yang hadir, dapat dilihat bahwa para peserta telah lebih siap untuk merespon bencana banjir di Kabupaten Bandung dan segala bencana alam di Jawa Barat. Peserta juga telah mengetahui mengenai konsep Child Friendly Space dan konsep dasar psikososial beserta praktiknya. Hal tersebut diukur dari penilaian diri yang dilakukan oleh peserta tentang pengetahuan mereka terkait materi yang disampaikan dalam pelatihan dari 0 hingga 10. Di hari pertama, nilai yang didapat peserta rata-rata berada pada poin 6 hingga 7. Setelah mengikuti sesi pelatihan, pada hari kedua nilai yang didapat para peserta berada pada poin 8 hingga 9. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kapasitas peserta dalam pengetahuan konsep dan pengelolaan terutama mengenai Child Friendly Space21. Group Simulation 2 _ CFS Activity for Children (0-6 years old)_800x600

Hasil lain yang terjadi dalam pelatihan ini adalah kesiapan dalam berkontribusi untuk menyediakan jasa relawan yang sudah memiliki pengetahuan mengenai Child Friendly Space dari masing-masing perwakilan organisasi yang hadir sebagai peserta. Hal tersebut dipengaruhi oleh kesadaran yang didapatkan peserta mengenai pentingnya program Child Friendly Space di dalam kondisi pengungsian ketika terjadi bencana. Menurut mereka, program Child Friendly Space dapat melindungi lingkungan anak-anak terdampak bencana dalam bermain, bersosialisasi, belajar, dan mengekspresikan diri mereka untuk membangun rutinitas keseharian anak setelah bencana terjadi.

Parenting Session untuk Orang Tua Murid RA Pasir Jambu, Ciwidey

Parenting Session untuk Orang Tua Murid RA Pasir Jambu, Ciwidey

Sesuai dengan misi IBU dalam menggerakkan dan menjembatani kolaborasi masyarakat sipil yang mencakup kalangan akademis, peminat kegiatan kesukarelawanan, organisasi-organisasi layanan sosial, dan media untuk mendorong isu tumbuh-kembang anak usia dini menjadi isu prioritas nasional. Yayasan IBU mengembangkan jejaring bersama komunitas-komunitas ataupun pihak-pihak terkait yang memiliki niat serta tujuan dan semangat yang sama dalam mendorong isu tumbuh-kembang anak usia dini. Sejalan dengan hal tersebut, Yayasan IBU mendapatkan permintaan dari guru PAUD RA Pasir Jambu, Ciwidey, yang mengorganisir pelatihan ini untuk menjadi narasumber dalam sesi parenting (pola asuh). Pelatihan ini ditujukan untuk seluruh orang tua murid yang terdaftar di PAUD tersebut. Permintaan ini didasari pada keinginan guru-guru dan kader-kader PAUD untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pola asuh yang baik bagi orang tua agar mereka dapat menerapkannya kepada anak-anak.

Kegiatan ini terbagi menjadi dua sesi yaitu sesi parenting yang disusun sesuai dengan permintaan penyelenggara dan sesi anak-anak atau pendampingan anak usia dini yang dimaksudkan agar tidak mengganggu jalannya sesi parenting sekaligus membuka kesempatan bagi relawan untuk belajar dan menambah pengalaman dalam memfasilitasi anak-anak. Dengan diselengarakannya sesi parenting ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan baik orang tua maupun guru dan kader yang terlibat mengenai tipe-tipe pola asuh dan bagaimana interaksi antara orang tua dan anak dalam membangun generasi muda yang lebih baik terutama dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada anak-anaknya, menggali harapan orang tua pada anak, dan memahami 4 tipe pola asuh.

Kegiatan pelatihan yang dihadiri oleh 66 orang tua ini, diawali dengan penggalian masalah dan harapan pada anak oleh orang tua. Orang tua murid dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing didampingi oleh fasilitator kelompok. Di dalam kelompok, orang tua mendiskusikan permasalahan-permasalahan apa saja yang dimiliki oleh anak kemudian menempatkan permasalahan tersebut pada simbol-simbol anatomi di figur anak yang digambar perkelompok.  Setelah itu pada kertas yang sama, orang tua menggambar awan yang diisi dengan harapan-harapan orang tua pada anaknya. Sesi ini bertujuan agar orang tua dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan apa saja yang terjadi pada anaknya serta harapan-harapan orang tua yang muncul pada anak.

Setelah diberi waktu untuk berdiskusi selama 15 menit, perwakilan orang tua perkelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya di depan peserta yang lain. Masing-masing kelompok memakan waktu presentasi kurang lebih 3-5 menit yang diakhiri dengan review dan feedback dari narasumber untuk seluruh kelompok. Secara umum, orang tua sudah dapat mengidentifikasi dengan tepat permasalahan-permasalahan yang terjadi pada anak-anaknya dengan menempatkan permasalahan pada simbol anatomi yang sesuai.

Setelah sesi pertama selesai, orang tua diajak untuk menonton tayangan video berdurasi 6 menit yang menceritakan tentang proses kehidupan manusia dari mulai konsepsi hingga lahir. Tayangan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali pada orang tua bahwa menjadi manusia itu memiliki proses, bagaimana anak di dalam kandungan sudah dapat merasa, mendengar, maupun mengingat hal-hal yang dialami langsung oleh orang tuanya terutama ibu. Sehingga perhatian pada anak harus sudah diberikan mulai semenjak di dalam kandungan.

Memasuki sesi selanjutnya, materi mengenai pola asuh yang berisi pengertian pola asuh, empat tipe pola asuh yang dapat diterapkan pada anak, dan dampak dari masing-masing pola asuh pada tingkah laku anak disampaikan. Selama sesi parenting berlangsung, sebagian besar orang tua memperhatikan dengan seksama sambil sesekali mencatat bahkan sampai merekam jalannya sesi. Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa minat untuk belajar dari orang tua murid RA Pasirjambu ini cukup tinggi. Akan tetapi karena keterbatasan waktu yang dimiliki, sesi diakhiri sampai materi tipe pola asuh dan dampaknya pada tingkah laku anak. Materi selanjutnya yang akan membahas mengenai interaksi orang tua dan anak tidak sempat tersampaikan. Sesi tanya jawab yang seharusnya ada pun tidak dapat dilaksanakan. Beberapa orang tua murid yang ingin bertanya kemudian menuliskan pertanyaannya pada selembar kertas kemudian meminta sesi konseling individual setelah sesi berlangsung.

Berbarengan dengan dimulainya sesi parenting, sesi anak-anak dimulai ketika orang tua sudah memasuki ruangan pelatihan. Fasilitator yang terdiri dari relawan IBU mengajak anak-anak untuk senam bersama di lapangan sambil bernyanyi. Sebagian besar anak-anak mengikuti gerakan yang dicontohkan namun sebagian besarnya lagi terlihat melakukan gerakannya sendiri. Kemudian setelah senam di lapangan, fasilitator memandu anak-anak untuk bermain permainan mencari harta karun. Permainan ini ditujukan agar anak-anak bisa menyalurkkan energi melalui kegiatan-kegiatan fisik sehingga ketika sesi mendongeng dilaksanakan, diharapkan anak-anak dapat lebih tenang menikmati. Dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, anak-anak diarahkan oleh fasilitator, kemudian dongengpun dibacakan. Dengan menggunakan buku cerita dan boneka jari, pembacaan dongeng dapat lebih menarik perhatian anak. Kejelasan intonasi dan mimik wajah fasilitatorpun sangat berpengaruh pada fokus anak ketika mendengarkan dongeng yang diceritakan. Setelah mendongeng selesai, anak-anak kembali bersatu dalam kelompok besar untuk menggambar, melempar bola, bermain ular naga, dan ditutup dengan bernyanyi bersama.

Berbarengan dengan berakhirnya sesi parenting, sesi anakpun selesai dilaksanakan. Kegiatanpun ditutup dengan foto bersama.