Ditulis oleh: Fika Annisa
Neneng Ratnasari
Lily Rahmadhani
Rafika Putri
Dwi Westi
Revina Mariska
“Selama saya mengikuti field visit ke Subang, saya merasa senang dan semangat untuk mengikuti pelatihan. Karena dengan begitu, saya dapat mempraktekan observasi dan interview secara langsung”.
Ini adalah salah satu kesan-kesan yang kami rasakan saat mengunjungi lokasi yang menjadi bagian dari program Capacity Development IBU Foundation di Subang. Program yang bertujuan untuk mengembangkan komunitas agar dapat mandiri dalam menghadapi berbagai berbagai macam permasalahan,
Kami adalah para calon relawan IBU angkatan 2015 yang sejak Bulan September. Pada pelatihan ini kami langsung terjun ke lapangan untuk mempraktekan teknik observasi dan inteview kami.
Apa yang akan kami lakukan disana? “Hadiah” yang diberikan pada kami adalah menggunakan teknik observasi dan interview untuk mengetahui keadaan para penerima program Livelihood Security Project oleh IBU Foundation. Apa itu Livelihood Security Project? Ini adalah program perkembangan kapasitas komunitas dengan fokus mengembalikan kemandirian komunitas dalam hal mata pencaharian. Program ini diberikan kepada warga yang terkena dampak pembagunan Tol Cipali. Sebelum tol ini dibangun, warga kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani dan peternak tetapi lahan mereka digunakan untuk pembangunan tol sehingga harus mencari sumber mata pencahariaan lain.
Program ini dilaksanakan lewat 2 tahap. Tahap 1 adalah memberikan sumber daya dan pengetahuan untuk memulai kembali mata pencahariannya, seperti memberi bibit-bibit, lahan, ternak, dan cara merawatnya. Tahap 2 adalah membuat warga mandiri dengan tidak menyediakan segalanya lagi tetapi mendampingi warga mengembangkan sumber dayanya ke arah yang lebih menguntungkan dan mengembangka kapasitasnya, seperti pengembangan bisnis dengan mitra (PKK, gapoktan, pemerintah desa, & koperasi).
Dari observasi dan interview ini, kami mendapatkan berbagai macam kisah. Seperti seorang ibu yang baru merasakan mahalnya harga beras. Nenek yang bernama Ibu Emah memiliki usaha anyaman turun temurun sebelum tol dibangun, sekarang bahan baku bambu untuk anyaman sangat sulit didapatkan. Padahal penghasilan masyarakat sekitar bergantung kepada hasil penjualan kerajinan anyaman. Untuk dapat melanjutkan hidup, masyarakat seringkali mengambil kerja sampingan sebagai buruh untuk membuat anyaman di para bandar dengan penghasilan Rp.2.000/pcs anyaman yang biasanya dijual lewat lapak di Pagaden. Keadaan ini ditambah dengan para pengrajin yang biasanya kaum perempuan, baik muda maupun tua. Para lelaki di desa biasanya merantau mencari uang dengan bekerja sebagai buruh bangunan atau sebagainya.
Selain dari kisah yang kami dapatkan, kami melihat bahwa masih panjang jalan warga untuk bisa lepas dari program. Masih banyak waktu dan usaha yang harus dicurahkan untuk warga bisa mandiri dalam mata pencahariaan. Semoga para keluarga yang terkena dampak Tol Cipali dapat bekerja dengan optimal dan lancar seperti biasanya, makin semangat mencari rezekinya, semangat lagi dan lagi. Untuk para LC semangat dalam memberikan pelatihan kepada para keluarga PAP dan UMKM dan semoga lancar juga saat memberikan pelatihan kepada para keluarga PAPnya.