Narasumber: Mifta Fauziyah Sofyan (Guru di salah satu TK di Daerah Cikampek, Karawang)
Penyusun: Lia Amelia (Mahasiswi Psikologi Universitas Padjajaran)
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Pendidikan dimulai ketika anak masih berusia sedini mungkin, seperti peribahasa “belajar di masa muda seperti mengukir di atas batu, belajar di masa dewasa seperti mengukir di atas air”. Selain peribahasa yang menjelaskan bahwa belajar di masa muda lebih baik dibandingkan masa tua, sebuah penelitian juga membuktikan bahwa manusia memiliki golden age, yaitu sekitar umur 0 sampai 6 tahun. Pada masa ini perkembangan otak manusia sedang berada pada tahap yang optimal, sehingga sangat baik jika anak diberikan stimulasi – stimulasi yang dapat membuat anak memahami dunianya.
Di Indonesia, fasilitas pendidikan untuk anak usia dini diantara lain yaitu PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini dan TK atau Taman Kanak – Kanak. Di PAUD dan di TK ini anak diajari menulis, membaca, menggambar dan lain sebagainya. Menurut Mifta, yang berprofesi sebagai guru di sebuah taman kanak – kanak di Cikampek menyebutkan calistung (baca, tulis, hitung) memang diajarkan pada anak – anak, hal tersebut sesuai silabus dan standar kompentensi yang harus dimiliki seorang anak ketika akan masuk sekolah ke tahap selanjutnya atau sekolah dasar. Namun yang ditekankan pada pembelajaran anak – anak didiknya adalah diajari pembiasaan. Pembiasaan yang dimaksud yaitu dibiasakan datang ke sekolah tepat waktu, di kelas ketika belajar anak ditinggalkan oleh orang tua, untuk tidak menangis, tidak mudah marah, dapat bersosialisasi dengan baik bersama teman – teman sekelasnya dan sebagainya.
Bagi Mifta, mengajari anak – anak belajar merupakan sebuah kesenangan dan pengabdian. Apalagi anak yang diajari adalah anak yang usianya relatif masih kecil yaitu umur 3 sampai umur 5 tahun, dengan karakter, sifat dan sikap yang berbeda – beda antara anak satu dengan lainnya, dan anak juga masih memiliki karakteristik manja dan dependent pada umumnya. Walaupun terkadang kewalahan menghadapi murid didiknya, namun Mifta menyukainya. Hal tersebut karena melihat tingkah laku anak yang polos dan terkadang lucu dan membuat lupa akan masalah yang sedang dialami. Menurutnya, orang tua diharapkan untuk kooperatif dalam mengajari anak. Pembelajaran yang telah disampaikan di sekolah juga harus diterapkan, misalnya seperti mengerjakan tugasnya sendiri, ke kamar mandi sendiri, melepas dan menggunakan celana sendiri jika telah dari toilet dan lain sebagainya. Proses pembelajaran yang sama antara di rumah dan di sekolah akan menjadikan sebuah perilaku yang sedang diajarkan menjadi sebuah kebiasaan kelak disuatu saat nanti.