Ditulis oleh:
Berliana Sumiati
Yasmin Anwar P
Ifani Hadrasari
Melisa Folensia
Fitri Sahlan
[av_dropcap1]”A[/av_dropcap1]dalah pengalaman pertama, untuk saya visit ke IBU Foundation site Cianjur, selama dua hari mendapatkan ilmu dan pengalaman yang tak bisa dilupakan. Ketika kami para volunteer sampai ditempat, kami langsung disambut dengan ramah oleh masyarakat yang telah sabar menunggu kedatangan kami, lalu melakukan assessment mengenai early childhood development (PAUD dan Posyandu). Begitu banyak respon positif terhadap kinerja IBU Foundation dan manfaat dari PAUD dan Posyandu. Dihari kedua pun kami belajar banyak mengenai posisi IBU Foundation sebagai jembatan dan partner antara masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan masyarakat terutama mengenai kualitas anak usia dini.” tutur Berliana sebagai relawan IBU 2015.
Desa Sindangsari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukanagara dan merupakan salah satu lokasi diterapkannya program ini. Permukiman yang sejuk dan tanah yang subur membuat rakyatnya mayoritas bekerja menjadi buruh di perkebunan teh dan minoritas bercocok tanam sayur-sayuran. Namun, masyarakat yang bekerja tersebut bukan bertani dan bercocok tanam di tanah mereka sendiri, hal tersebut membuat pendapatan mereka sangat rendah. Selain itu, hal tersebut juga mempengaruhi masyarakat dalam menyadari pentingnya mengonkonsumsi makanan bergizi, juga pendidikan dan kesehatan anak. Di desa ini, fasilitas pendidikan untuk anak usia dini dan kesehatan balita sangatlah minim. Oleh karena itu, yayasan IBU memiliki keinginan untuk membangun dan memberikan akses tersebut kepada masyarakat desa.
Namun, rendahnya kepedulian masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kesehatan, membuat masyarakat kurang antusias terhadap bantuan yang diberikan. Hal ini disebabkan, kebiasaan orangtua dalam memberikan penanganan kesehatan yang minim kemudian dapat berakibat terhadap tidak sehatnya anak baik dalam proses penyembuhan yang lama dan adanya efek samping dari penyakit tersebut. Dalam pendidikan pun, orangtua lebih memilih anaknya untuk membantu berkebun ketimbang anaknya belajar. Karena bagi mereka, sekolah itu adalah pemborosan uang, dan menjadi buruh atau orang miskin adalah takdir mereka. Menurut Teh Sarce, Project Manager dalam program ini, perlu sekitar 2 tahun lagi untuk mengubah pandangan masyarakat akan pentingnya dua aspek mendasar pada anak usia dini tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan menggandeng para Kades, Kadus, para birokrat di Desa, dan menghimpun masyarakat yang peduli dengan pendidikan dan kesehatan di desa mereka untuk menjadi Kader, output-nya IBU Foundation bersama warga membangun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pelayanan Pos Terpadu (Posyandu).
Semenjak masuknya IBU Foundation di desa Sindangsari, perkembangan PAUD dan Posyandu terbilang cukup signifikan, hal ini terbukti dengan dibangunnya beberapa PAUD dan Posyandu khususnya di Desa ini, umumnya di Kecamatan Pagelaran dan Sukanagara. Tentunya bukan hanya kuantitas yang menentukan parameter keberhasilan suatu project, tetapi juga adanya paramenter kualitas dan keberlangsungan project tersebut apabila sudah tidak ada yayasan IBU di desa Sindangsari. Pemberian tools terhadap kader yang membuat para kader nantinya tidak perlu terus bergantung pada bantuan yayasan IBU, tetapi mulai belajar untuk berfungsi secara mandiri. Selama 5 tahun project ini berlangsung, para Kader yang direkrut berasal dari masyarakat sekitar, yayasan IBU terus memberikan dampingan keahlian kepada para kader. Hal ini terlihat dari keinginan kader yang ingin nasibnya berubah dengan akhirnya melakukan aksi untuk berubah, berpartisipasi dalam kegiatan, yang nantinya berdampak pada motivasi untuk berubah, sehingga nantinya adanya peningkatan efektivitas dan efisiensi pemberdayaan, dan menghasilkan kompetensi untuk berubah. Maka kendala utama dari desa ini, mengenai minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kesehatan lambat laun sudah mulai sedikit berubah. Hal ini dikarenakan banyak kader maupun masyarakat yang mulai merasakan dampak positif dari pentingnya pendidikan dan kesehatan dari dampingan yayasan IBU.
Solusi yang kami tawarkan atas temuan kami yaitu peningkatan awareness kembali lewat sosialisasi dan field visit, peningkatan pengetahuan tentang pendidikan dan kesehatan anak usia dini dan pentingnya hal tersebut, adanya pelatihan penguatan kader, meningkatkan fasilitas fisik penunjang seperti bangunan dan peralatan operasional, advokasi kepada pemerintah setempat terkait handover program yayasan IBU dan mengenai kelancaran dana untuk program kesehatan dan pendidikan ini, mengembangkan Social Business Unit (SBU) yang pernah dilaksanakan juga advokasi mengenai kegiatan ini kepada pihak-pihak non-pemerintah. Solusi-solusi tersebut kami harapkan dilaksanakan 70% oleh masyarakat setempat selain agar masyarakat bisa mandiri dan tidak bergantung dan untuk memastikan keberlanjutan program ini.
Harapan kami, masyarakat bisa semakin mandiri dan pemerintah turun tangan terhadap isu yang muncul. Khusus untuk IBU Foundation tidak puas diri hanya di Cianjur saja, tapi berkembang dalam mencerdaskan anak anak bangsa.